KATADATA ? Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal I-2015 melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi selama Januari-Maret hanya 4,71 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan kinerja pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,14 persen.
Perlambatan kinerja ekonomi selama kuartal I disebabkan turunnya aktivitas produksi dan konsumsi di dalam negeri. Selain juga dipengaruhi perlambatan ekonomi mitra dagang Indonesia, terutama Cina.
Dari sisi produksi, kata Kepala BPS Suryamin, ada pergeseran masa panen yang disebabkan mundurnya periode masa tanam, kemudian turunnya produksi minyak mentah dan batu bara. Distribusi perdagangan pun berkurang lantaran pasokan dan permintaan yang menurun.
?Kinerja sektor konstruksi juga lambat karena terlambatnya realisasi belanja infrastruktur,? kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (5/5).
Sementara dari sisi pengeluaran, Suryamin menyebut ada tujuh sentimen yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Pertama, semua konsumsi rumah tangga melambat kecuali makanan dan minuman, tembakau, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Kedua, konsumsi pemerintah melambat karena belanja barang modal melambat.
Ketiga, konsumsi pemerintah melambat karena pertumbuhan belanja barang yang rendah. Keempat, realisasi belanja modal pemerintah untuk infrastruktur lebih rendah. Kelima, impor barang modal turun terutama jenis alat angkut dan mesin. Industri mesin domestik juga turun, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan mesin dan alat angkut untuk domestik.
Keenam, ekspor barang turun karena turunnya harga komoditas, serta melambatnya ekonomi mitra dagang, seperti Cina yang pertumbuhan ekonominya direvisi turun dari 7,4 persen jadi 7 persen. Padahal ekspor ke Cina andilnya mencapai 9-10 persen terhadap total ekspor Indonesia.
?Kemudian pertumbuhan ekonomi Singapora juga direvisi dari 4,9 persen jadi 2,1 persen. Ini pengaruh ke pertumbuhan ekonomi Indonesia,? kata Suryamin.
Faktor ketujuh, sektor jasa turun karena turunnya rata-rata pertumbuhan wisata mancanegara.
Lebih lanjut Suryamin mengatakan, instrumen pendorong ekonomi masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen. Denga andil terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 56,12 persen. Meskipum nilainya lebih rendah dibanding kuartal I-2014 yang mampu tumbuh 5,35 persen.
Sedangkan investasi tumbuh 4,36 persen, namun hanya berperan 32,7 persen. Ekspor tumbuh 0,53 persen dengan peran 22,12 persen. Sementara impor yang turun 2,2 persen, berperan 21,48 persen.
Sementara pengeluaran pemerintah hanya tumbuh 2,21 persen lebih rendah dari realisasi 2014 tumbuh 6,12 persen, dengan peran hanya 6,55 persen.
?Penyerapan anggarannya melambat, karena akhir 2014 ada revisi APBN-P, jadi bergeser. Maka pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai, barang, belanja modal masih tumbuh. Tapi, konsumsi pemerintah pernannya tidak berubah drastis," tutur dia.