Pemerintah Akui Ekonomi Kuartal I Tak Sesuai Harapan

KATADATA
Wakil Presiden Jusuf Kalla.
30/4/2015, 12.24 WIB

KATADATA ? Pemerintah mengakui jika kinerja perekonomian selama kuartal I-2015 tidak sesuai dengan harapan. Ekonomi diperkirakan hanya tumbuh maksimal 5 persen, di bawah target 5,7 persen.

Rendahnya kinerja perekonomian ini, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang menjadi penyebab turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir. Padahal investor di pasar saham sudah telanjur berekspektasi ekonomi pada kuartal I akan tumbuh tinggi.

Perlambatan ekonomi ini kemudian berdampak terhadap penjualan dan keuntungan perusahaan. ?Bukan hanya emiten, perusahaan lain yang tidak terbuka juga (terpengaruh),? kata JK, panggilan akrab Wakil Presiden, seusai menghadiri pembukaan ?Muktamar III Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)? di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (30/4).

Wakil Presiden optimistis investor akan kembali membanjiri pasar modal Indonesia begitu pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur.

Lebih lanjut JK mengatakan, perlambatan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di banyak negara. Perlambatan disebabkan turunnya harga minyak dunia yang berimbas harga komoditas. Dengan begitu, pendapatan ekspor yang mayoritas berupa barang komoditas ikut menurun.

?Indonesia (masih) lumayan malah, bisa tumbuh lebih dari 5 persen. Ya Insya Allah (tumbuh 5 persen). Ada plus minus itu biasalah,? kata JK.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan, bahwa ekonomi kuartal I diperkirakan di bawah 5 persen. Perlambatan ekonomi ini juga berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan.

Terkait jebloknya kinerja IHSG, dia mengatakan, investor keluar karena berekspektasi kalau ekonomi akan tumbuh tinggi. Walaupun, arah pergerakan pertumbuhan ekonomi baru terlihat pada kuartal II dan seterusnya.

?Investor bukan orang yang sabar seperti kami (pemerintah). Mereka maunya quick yield ke arah pertumbuhan yang tinggi tahun ini. Mereka berpikir semester I harus tinggi sesuai ekspektasi,? ujarnya.

Kepala Ekonomi Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I berada di kisaran 4,9 persen-5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan mencapai 65 persen dari total pertumbuhan ekonomi.

Namun, sejumlah indikator menunjukkan konsumsi rumah tangga sedang mengalami penurunan. Ini terlihat dari penjualan semen yang turun 3 persen, penjualan kendaraan turun 14 persen, konsumsi BBM turun 6,2 persen, kredit konsumsi turun 11,2 persen, serta impor barang konsumsi turun 14,3 persen.

Begitu pula dari sisi investasi mengalami perlambatan. Ini terlihat dari impor barang modal turun 7,6 persen dan kredit investasi turun 15 persen. Pemerintah, secara praktis, hanya mengandalkan pengeluaran di dalam APBN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.  

Reporter: Desy Setyowati