KATADATA ? Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan realisasi investasi naik 16,9 persen menjadi Rp 124,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan realisasi investasi ini didukung oleh sektor kelistrikan dan pertambangan.
Dengan realisasi investasi kuartal I, Ketua BKPM Franky Sibarani memperkirakan investasi akan kembali naik pada kuartal II hingga akhir tahun. Prediksi ini mengacu pada tren investasi yang terus naik setiap kuartalnya dalam satu tahun. Dia juga yakin target investasi tahun ini sebesar Rp 519,5 triliun bisa tercapai.
"Biasanya begitu. Kalau awal tahun sudah mencapai 24 persen dari target, biasanya seterusnya akan naik. Tapi, apakah akan melebihi target seperti sebelumnya, perlu dilihat realisasi di kuartal II," ujar dia di Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa (28/4).
BKPM mencatat pada kuartal I, Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh 14 persen menjadi Rp 82,1 triliun. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh 22,8 persen menjadi 42,5 triliun.
Nilai investasi terbesar adalah untuk sektor pertambangan yang mencapai Rp 15 triliun. Kemudian diikuti oleh sektor makanan dan minuman Rp 12,8 triliun serta listrik, gas, dan air mencapai Rp 11,7 triliun. Investasi terbesar keempat, adalah tanaman pangan dan perkebunan Rp 11,3 triliun. Terakhir, industri logam dasar, barang logam, elektronik sebesar Rp 10,8 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan peningkatan investasi kuartal I lebih banyak disumbang oleh sektor kelistrikan dan pertambangan. "Karena, selama ini investor memang pertanyakan mengenai listrik," kata Azhar.
Investasi di sektor listrik mengalami peningkatan pada kuartal I tahun ini, dan akan kembali naik di kuartal berikutnya. Apalagi, ada kebijakan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengenai tarif listrik yang bisa meningkatkan minat investor.
Lokasi yang paling banyak dipilih pun di Jawa Tengah, khususnya untuk pembangunan listrik. Ini juga salah satunya yang membuat porsi investasi di Pulau Jawa naik hingga 22,6 persen menjadi Rp 54,7 triliun.
Azhar juga menyampaikan, investasi dari Hongkong dan Cina juga meningkat. Bahkan, untuk pertama kalinya masuk dalam 10 besar investasi terbesar. Nilai investasi Cina mencapai US$ 146,5 juta untuk 70 proyek. Sementara Hongkong nilainya mencapai US$ 75,1 juta untuk 200 proyek.
"Hongkong dan Cina cenderung ke pengolahan mineral, di Sulawesi dan Kalimantan. Memang sesuai progres pemerintah untuk hilirisasi. Kami harap banyak komitmen mereka yang besar termasuk listrik, bisa terealisasi," ujarnya.
Negara penyumbang investasi terbesar pada kuartal I masih ditempati oleh Singapura US$ 1,23 miliar. Kemudian Jepang US$ 1,21 miliar, Korea Selatan US$ 634 juta, Inggris US$ 357 juta, dan Amerika Serikat (AS) US$ 292,1 juta.