Kepala BKF Pesimistis Ekonomi 5,7 Persen Tercapai

KATADATA
Badan Kebijakan Fiskal memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2015 hanya 5,5 persen, lebih rendah dari target dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen.
27/4/2015, 11.22 WIB

KATADATA ? Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mulai realistis melihat kinerja pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara memperkirakan, ekonomi hanya akan tumbuh 5,5 persen. Angka ini lebih rendah dari target dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen.

?Kami hitung terus (pertumbuhan ekonomi). Angka 5,4-5,5 persen lebih reasonable,? kata dia saat dihubungi Katadata, Minggu (26/4).

Suahasil mengatakan, perkiraan lebih rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya perlambatan sejumlah indikator perekonomian selama kuartal I. Selama periode Januari-Maret 2015, konsumsi masyarakat, seperti terlihat dari turunnya kinerja beberapa sektor seperti retail, elektronik, semen, dan otomotif.

(Baca: Pemerintah Masih Optimistis Target Pertumbuhan Tercapai)

Ini tercermin pula dari kredit di sektor perbankan yang diperkirakan hanya tumbuh 12 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 18 persen. Begitu juga dengan kinerja ekspor yang selama kuartal I tercatat turun 11,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (Baca: Meski Perdagangan Surplus, Indikasi Perlambatan Ekonomi Terlihat)

Situasi ini, seiring dengan kebijakan moneter ketat yang diberlakukan Bank Indonesia (BI), serta perlambatan ekonomi Cina yang selama ini menjadi tujuan ekspor Indonesia.

Menurut Suahasil, pemerintah saat ini fokus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan stabilitas di sektor keuangan. Keduanya penting, karena masih ada ketidakpastian terkait kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat Atau Fed Rate. (Baca: Ekonomi Diperkirakan Tumbuh 5,4 Persen)

Faktor eksternal ini dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian domestik, lantaran asing menguasai 38 persen pasar surat utang dan 60 persen pasar modal. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menjaga defisit transaksi berjalan (current account deficit). Faktor ini akan memengaruhi pertimbangan investor ketika bank sentral AS, the Fed jadi menaikan Fed Rate.

?Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi itu jadi tujuan utama pemerintah saat ini. Menjaga defisit untuk menjaga stabilitas. Salah satunya dengan mendorong pariwisata dengan membebaskan visa turis,? kata dia kepada Katadata, Minggu (26/4).

Dia mengakui, konsumsi masyarakat saat ini melemah, tapi untuk mendorong pertumbuhan di atas 5 persen, pemerintah mengandalkan pengeluaran anggaran di sektor produktif. Hal ini diharapkan dapat mendorong investasi di dalam negeri, sehingga gaji yang diberikan oleh pemerintah bisa meningkatkan konsumsi rumah tangga.

?Pengeluaran pemerintah ini akan berdampak baik ke konsumsi dan investasi. Memang efeknya tidak cepat, butuh waktu,? tutur dia.

Ia mengakui, penyerapan anggaran saat ini masih kecil disebabkan oleh adanya perubahan nomenklatur di Kementerian dan Lembaga (K/L). Meski begitu, dia optimistis program pemerintah akan bisa dilakukan pada Mei ini.

Reporter: Desy Setyowati