Rupiah Melemah Terpengaruh Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

Arief Kamaludin | Katadata
Rupiah pada perdagangan Senin (2/3) sempat menyentuh angka Rp 13.001 per dolar AS.
2/3/2015, 18.25 WIB

KATADATA ? Pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan terjadi deflasi pada Februari 2015 membuat kurs rupiah bertambah lemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, deflasi membuat investor berekspektasi Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate).

Ekspektasi ini menyebabkan rupiah sempat menyentuh angka Rp 13.001 per dolar AS pada perdagangan Senin (2/3), sebelum akhirnya ditutup pada posisi Rp 12.970 per dolar AS.

Menurut dia, rupiah akan berada di kisaran Rp 13.000 per dolar AS dalam dua pekan mendatang, terutama menunggu keputusan suku bunga BI.

?Dalam jangka pendek saya rasa akan pada level ini,? kata David saat dihubungi Katadata, hari ini.

Dari sisi eksternal, dia menambahkan, penguatan dolar AS juga disebabkan kebijakan sejumlah bank sentral yang menurunkan suku bunganya. Akhir pekan lalu, bank sentral Cina mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis points ke posisi 2,5 persen untuk bunga simpanan dan 7,35 persen untuk suku bunga pinjaman.

Faktor eksternal ini, menurut ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, menjadi penyebab utama pelemahan rupiah. ?Ini semua lebih karena faktor eksternal. Yang nggak (melemah) hanya (mata uang) Honh Kong, Taiwan, dan Thailand,? kata dia.

Nilai rupiah semakin tertekan setelah pemerintah AS merevisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV-2014 menjadi 2,2 persen dari estimasi sebelumnya sebesar 2,6 persen. Rilis data PDB ini mengangkat kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, seperti yen Jepang dan euro.

Dari dalam negeri, kata Lana, pelemahan rupiah juga didorong oleh permintaan akan dolar AS yang meningkat, terutama untuk kebutuhan membayar utang. ?Jadi bukan karena BI Rate yang turun,? tuturnya.

Pada perdagangan Senin (2/3), rupiah sudah mendekati level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam perdagangan hari ini, rupiah ditransaksikan di rentang Rp 12.950-Rp 13.001 per dolar AS. rupiah kemudian ditutup pada angka Rp 12.970 per dolar AS, turun 38 poin atau 0,3 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

Di antara negara-negara emerging market, rupiah menjadi salah satu mata uang yang menurun paling tajam. Bahkan di antara negara Asia, penurunan rupiah merupakan yang terdalam.

Dibandingkan posisi sejak awal tahun, rupiah tercatat sudah turun 4,5 persen. Kondisi ini menjadi rupiah menjadi salah satu mata uang yang turun paling tajam di antara negara-negara dengan perekonomian yang baru tumbuh atau emerging market.

Reporter: Desy Setyowati