Ekonomi Kuartal I Cuma Tumbuh 2,97%, BI Berpotensi Pangkas Bunga Acuan

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Erwin Rijanyo, menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta,Kamis (20/2/2020).
19/5/2020, 12.06 WIB

Analis memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuannya pada siang ini (19/5). Sebab, pertumbuhan ekonomi  kuartal pertama hanya 2,97  %.

Ekonom Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan BI memangkas bunga acuan 25 basis poin ke level 4,25 %. "Karena realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal satu lebih rendah dari perkiraan BI. Pemerintah mendorong BI memanfaatkan ruang penurunan suku bunga acuan pada bulan ini," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (19/5).

Josua menilai, pandemi corona berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2020. Perekonomian kuartal kedua dan ketiga pun berpotensi tertekan akibat mewabahnya virus corona.

Belum lagi, daya beli masyarakat turun yang tecermin pada rendahnya inflasi dari sisi permintaan. Josua menilai, kondisi ini perlu direspons BI dengan menurunkan suku bunga acuan.

“Maka, dapat mendukung proses pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi Covid-19," ujar Josua. (Baca: Menko Airlangga Sebut Jokowi Berharap Ekonomi Masih Bisa Tumbuh 0,5%)

Kombinasi pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal dinilai dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, menurutnya BI akan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi.

Inflasi hingga akhir 2020 diperkirakan tetap stabil di bawah kisaran 3 %. Angka ini masih dalam target sasaran inflasi BI di kisaran 3±1 %.

Terkendalinya inflasi tahun ini, kata dia, dipengaruhi oleh dampak pandemi corona terhadap perekonomian. Utamanya, potensi perlambatan ekonomi domestik termasuk penurunan laju konsumsi rumah tangga sehingga akan membatasi tekanan demand pull inflation.

(Baca: BI Pilih Pelonggaran Kuantitatif, DPR Dorong Cetak Uang, Apa Bedanya?)

Sedangkan perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek cenderung stabil. Ini tecermin dari volatilitas nilai tukar rupiah yang rata-rata menurun. Secara one-month implied volatility menurun dari 33 % pada Maret menjadi 15 %.

Josua menilai, hal itu sejalan dengan penurunan volatilitas di pasar keuangan global. "Maka, arus modal asing terindikasi sudah kembali masuk ke pasar keuangan domestik terutama di pasar SBN," kata dia.

Modal asing yang kembali masuk mendukung penguatan kurs rupiah sekitar 9 % dibandingkan posisi akhir Maret. Namun, rupiah masih terdepresiasi 7,3 % sejak awal tahun.

Dihubungi secara terpisah, Peneliti Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi turut memperkirakan BI memangkas bunga acuannya sebesar 25 bps. "Karena rupiah dalam posisi sedang menguat dan inflasi relatif rendah dan terkendali," kata Eric kepada Katadata.co.id.

Dengan pemangkasan ini, Eric menilai BI memberikan bantuan dari sisi moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. (Baca: Sri Mulyani Paparkan Ekonomi Makro 2021 ke DPR, Pertumbuhan 4,5%-5,5%)

Reporter: Agatha Olivia Victoria