Bank Indonesia (BI) mencatat, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal I 2020 sebesar US$ 3,9 miliar, setara dengan 1,4% Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit pada kuartal I 2020 ini lebih rendah 51,85% dibanding defisit yang terjadi pada kuartal IV 2019, yang sebesar US$ 8,1 miliar atau 2,8% PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyebut, defisit transaksi berjalan turun karena penurunan impor seiring dengan perlambatan ekonomi domestik.
Selain itu, penurunan defisit transaksi berjalan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang, disertai dengan penurunan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer.
"Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat," tulis Onny dalam keterangan resminya, Rabu (20/5).
Anjloknya kinerja impor mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Selain CAD, defisit neraca jasa Indonesia turut mencatatkan perbaikan.
Perbaikan neraca jasa dipengaruhi penurunan defisit jasa transportasi, seiring dengan penurunan impor barang. Turunnya impor ini mampu menutup dampak negatif penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Di samping itu, defisit neraca pendapatan primer mengalami perbaikan sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik. Hal ini turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan.
Kendati demikian, BI mencatat transaksi modal dan finansial kuartal I 2020 turun signifikan, di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Pada transaksi modal dan finansial, BI mencatat ada defisit sebesar US$ 2,9 miliar, yang utamanya dipengaruhi defisit investasi portofolio, setelah pada kuartal sebelumnya surplus sebesar US$ 12,6 miliar.
Defisit investasi portofolio ini dipicu besarnya aliran modal keluar akibat kepanikan pasar keuangan global terhadap pandemi virus corona. Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I 2020 mencatatkan defisit sebesar US$ 8,5 miliar, dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2020 sebesar US$ 121 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan tujuh bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Onny menyebut, dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan BI, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali membaik.
"Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian," ujarnya dalam keterangan resmi.