Berharap Pemulihan Ekonomi dengan Vaksin Normal Baru

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
Presiden Joko Widodo meninjau salah satu pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Kehadiran Presiden itu untuk meninjau persiapan new normal.
Penulis: Pingit Aria
14/6/2020, 10.36 WIB

Skenario Pemulihan Ekonomi

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mendukung adanya skenario normal baru untuk mendorong aktivitas ekonomi dan sosial secara perlahan. Wacana ini juga direspons positif oleh pasar keuangan yang terlihat dari membaiknya IHSG maupun stabilnya pergerakan rupiah.

Bagaimanapun, Pingkan mengingatkan agar kebijakan yang terkait dengan normal baru harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penularan virus corona. Persiapan menuju normal baru harus terus dimatangkan seiring dengan tambahan kasus baru yang masih meningkat setiap harinya.

"Yang jadi pertanyaan masyarakat selanjutnya adalah apakah pemerintah pusat dan daerah sudah siap untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut," ujarnya.

Ia optimistis, melalui koordinasi dan kesiapan yang memadai, kebijakan ini dapat berjalan optimal. Sebab, masyarakat sudah memiliki kesadaran dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Dengan persiapan yang matang, maka pemerintah bisa fokus untuk memulihkan konsumsi rumah tangga yang terdampak Covid-19. "Konsumsi yang meningkat akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi di ragam sektor sehingga berdampak menggerakkan roda-roda perekonomian," katanya.

(Baca: Biaya Naik di Era Normal Baru, Asosiasi Hotel Minta Bantuan Pemerintah)

Direktur Riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah juga mengapresiasi adanya stimulus untuk mendukung kebijakan normal baru. Ia menilai stimulus yang diberikan melalui penambahan anggaran itu dapat menahan laju perlambatan ekonomi agar tidak terkontraksi ke zona negatif.

"Stimulus itu memang bukan untuk membuat perekonomian kita ke atas tapi untuk menahan laju perlambatan ekonomi," katanya.

Namun, kebijakan normal baru perlu diiringi dengan semangat kehati-hatian, mengingat berdasarkan sejarah, pandemi dapat berlangsung tahunan. Flu Spanyol pada 1918 misalnya, baru selesai sepenuhnya pada 1920.

Ia pun meminta pemerintah menjalankan kebijakan new normal  dengan evaluasi keamanan secara menyeluruh. Pergerakan kurva kasus pasien positif, kurva pasien sembuh, dan kurva pasien meninggal harus terus dipantau. Sebab, pemulihan kesehatan masyarakat merupakan ujung tombak dari penanganan Covid-19.

Tanpa penanganan kesehatan yang memadai, ekonomi hanya akan berjalan di tempat, bahkan bisa tergelincir ke jurang ketidakpastian.

Halaman:
Reporter: Antara