Pandemi Covid-19 membawa dampak kepada perekonomian dan pasar modal, baik secara global maupun dalam negeri. Meski virus ini masih membayangi, kegiatan ekonomi sudah mulai berjalan kembali. Apa saja tantangan dan peluang ke depannya?
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan wabah Covid-19 masih menjadi tantangan perekonomian global maupun domestik. Meski sudah banyak dilakukan pelonggaran lockdown maupun pembatasan sosial berskala besar., masih ada ancaman penyebaran virus gelombang kedua.
"Sepanjang memang kita belum dihadapkan pada penemuan vaksin yang memang efektif, belum akan bagus market secara kencang," katanya dalam acara bertajuk Celah Berinvestasi Di Masa Krisis Covid-19 yang digelar Katadata secara virtual, Jumat (3/7).
Tantangan lainnya adalah masalah geopolitik dan perang dagang. Dia menilai bahwa selama masih ada pemimpin seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, pasar masih dipengaruhi oleh sentimen ini.
"Masalah geopolitik dan perang dagang tidak dominan (mempengaruhi pasar), tapi sering banget menganggu," kata Andry.
(Baca: Menyambut Era Bank Digital di Tengah Kepungan Raksasa Teknologi)
Tantangan lain untuk perekonomian Indonesia yaitu ketidakmerataan PSBB di beberapa daerah. Di DKI Jakarta, ada beberapa daerah yang sudah memasuki zona hijau, tetapi masih ada yang berada di zona merah Covid-19.
Adapun tantangan perekonomian dalam tiga tahun ke depan diprediksi sedikit berubah, yaitu terkait dengan peningkatan utang melalui penerbitan surat berharga negara. Hal itu bisa membuat adanya kenaikan suku bunga acuan dalam masa recovery pascapandemi.
Di tengah tantangan tersebut, Andry mengungkapkan masih ada peluang untuk pertumbuhan perekonomian dalam negeri maupun global. Peluang tersebut seperti tingkat suku bunga acuan akan tetap rendah yang diperkirakan terjadi hingga memasuki 2021 mendatang.
Peluang lainnya, seperti pemanfaatan ekonomi digital sehingga bisnis menjadi lebih efisien di tengah pandemi Covid-19. Beberapa sektor bisnis pun dinilai Andry masih memiliki peluang yang lebih baik meski di tengah pandemi ini. Apa lagi, pelonggaran PSBB akan mendorong transaksi ekonomi.
(Baca: RI Naik Kelas, Jokowi: Harus Jadi Peluang Lepas Jebakan Kelas Menengah)
Terkait efek pandemi ke pasar saham dalam negeri, Direktur Utama Danareksa Sekuritas Friderica Widyasari Dewi membagi ke dalam 5 fase. Pertama, saat virus Covid-19 baru muncul di Wuhan, Tiongkok pada awal tahun ini. Saat itu, pasar saham belum terdampak, terlihat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) ada di level 6.400.
Memasuki fase kedua, saat virus tersebut mulai menyebar ke berbagai negara lainnya, ternyata sedikit berdampak pada pasar modal. Fase ketiga, saat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan virus ini menjadi pandemi dunia.
Fase keempat, menjadi yang paling parah. "Ketika itu saat diumumkan terjadi kasus pertama di Indonesia dan penangannya seperti apa, terjadi masyarakat mulai khawatir, ketika itu IHSG turun sampai 3.900," katanya.
Saat ini pasar saham sedang memasuki fase kelima yakni pemerintah di banyak negara, mulai memberikan stimulus perekonomian, termasuk Indonesia. "Indeks bisa menyentuh angka mendekati 5.000. Ke depan bergantung bagaimana efektivitas dan pelaksanaan dari stimulus-stimulus ini," katanya.