Kartu Prakerja dan BLT Pekerja Dapat Meredam Risiko Resesi Ekonomi RI

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.
Ilustrasi, pengunjung menenteng tas belanja saat mengunjungi Mall Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (1/7/2020).
8/8/2020, 19.55 WIB

Ekonom menilai, program Kartu Prakerja gelombang keempat dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta akan mendongkrak konsumsi rumah tangga. Kedua program ini dinilai bisa memperkecil potensi Indonesia mengalami resesi.

Apalagi, pemerintah juga berencana memberikan gaji ketiga belas untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada bulan ini. Ketiga hal ini diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50% terhadap pertumbuhan ekonomi. “Konsumsi masyarakat jangan sampai turun drastis lagi di kuartal III. Ini bisa menahan perlambatan ekonomi,” kata dia kepada Katadata.co.id, Sabtu (8/8).

Beberapa ekonom mengatakan, resesi adalah kondisi ketika pertumbuhan ekonomi minus selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% secara tahunan (year on year/yoy).

Data pertumbuhan ekonomi itu bisa dilihat pada Databoks di bawah ini:

 

Ia menilai, BLT untuk pekerja dan program Kartu Prakerja lebih menyasar kelompok masyarakat berpenghasilan menengah. Padahal, “yang signifikan itu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, 40% dari total,” katanya.

Kendati begitu, pandemi virus corona dikhawatirkan membuat masyarakat berpendapatan menengah turun kelas. Oleh karena itu, BLT untuk pekerja dan program Kartu Prakerja diharapkan bisa mengantisipasi hal ini. “Sepanjang disalurkan secara efektif,” ujarnya.

Sedangkan untuk menyokong masyarakat miskin bisa melalui program bantuan non-tunai. Dengan begitu, konsumsi rumah tangga bisa ditingkatkan.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet sependapat, bahwa kedua program itu lebih menyasar masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. “Kontribusinya 45% ke konsumsi rumah tangga nasional,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menilai kedua program tersebut bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga.

Namun, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, dampak dari BLT untuk pekerja dan program Kartu Prakerja baru akan terasa pada kuartal IV. “Kalau untuk menghindari resesi pada kuartal III tampaknya sulit,” katanya.

Ia menilai, Kartu Prakerja akan lebih efektif mendorong konsumsi rumah tangga jika diubah menjadi bantuan untuk pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). “Kalau dijalankan secara cepat dan efektif bisa dongkrak konsumsi,” ujar dia.

Sekadar informasi, pemerintah membuka pendaftaran kartu prakerja gelombang empat pada hari ini. Kuotanya juga ditingkatkan dari 300 menjadi 800 ribu orang.

Sebanyak 640 ribu kuota akan berfokus pada pekerja yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, pemerintah akan memberikan stimulus berupa BLT Rp 600.000 per bulan kepada 13 juta pekerja yang mendapatkan gaji di bawah Rp 5 juta. BLT bakal digelontorkan mulai bulan depan.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan