Meski Harga Emas Perhiasan Naik hingga 31%, Ekonomi RI Kembali Deflasi

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
Pramuniaga menata perhiasan emas di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Kamis (30/7/2020).
1/9/2020, 13.46 WIB

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat harga emas perhiasan naik di 90 kota selama Agustus 2020. Meski demikian kenaikan harga logam mulia tak mampu mendorong perekonomian lantaran pada periode tersebut kembali terjadi deflasi sebesar 0,05%.

Adapun kenaikan harga logam mulia menghambat laju deflasi Agustus sebesar 0,12%. Sebelumnya pada Juli juga terjadi deflasi sebesar 0,10%. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, kenaikan harga emas perhiasan tertinggi terjadi di Pangkal Pinang yakni sebesar 31%.

Kenaikan harga emas perhiasan tertinggi berikutnya terjadi di Palangkaraya sebesar 22%. "Dengan demikian inflasi secara tahun kalender pada emas perhiasan tercatat 35,23%," kata Suhariyanto dalam konferensi virtual, Selasa (1/9).

Lonjakan harga emas perhiasan menyebabkan kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi paling tinggi berikutnya, yakni 2,02% dengan andil 0,13%. Dari empat subkelompok pada kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi dan satu subkelompok tidak mengalami perubahan.

Subkelompok yang mengalami inflasi yaitu subkelompok perawatan pribadi sebesar 0,19%, subkelompok perawatan pribadi lainnya sebesar 5,63%, dan subkelompok jasa lainnya sebesar 0,02%. Sementara subkelompok yang tidak mengalami perubahan, yaitu subkelompok perlindungan sosial.

Selain kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok pendidikan pada Agustus mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 0,57%. Dari empat subkelompok pada kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi.

Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu subkelompok pendidikan dasar dan anak usia dini sebesar 0,91% dan terendah yaitu subkelompok pendidikan lainnya sebesar 0,09%. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,03%.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu uang sekolah SD, uang sekolah SMA, dan uang kuliah akademi/perguruan tinggi masing-masing sebesar 0,01%. Hal tersebut sesuai dengan awal ajaran baru yang jatuh pada bulan Juli-Agustus.

Adapun deflasi pada Agustus terutama didorong oleh penurunan harga pada beberapa indeks kelompok pengeluaran, di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,86%; serta kelompok transportasi sebesar 0,14%.

Dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, komoditas yang dominan yaitu daging ayam ras dengan andil 0,09%, bawang merah 0,07%, tomat, telur ayam ras, jeruk, dan pisang masing masing 0,01%.

Harga daging ayam ras turun di 83 kota yang disurvei. Penurunan tertinggi di Tanjung Pandan 27% dan Tanjung Selor 23%. Selanjutnya, harga bawang merah turun di 90 kota. Penurunan terbesar di Kota Tasikmalaya 32% dan Palangkaraya 30%.

Sementara dari kelompok transportasi, komoditas yang dominan memberi andil deflasi adalah penurunan tarif angkutan udara yang andilnya 0,02%. Penrunna tarif angkutan udara terjadi di 25 kota terbesar di ternate turun 20% dan juga di sintang turun 17%.

Reporter: Agatha Olivia Victoria