Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan tingkat permintaan konsumsi masyarakat pada 2021 masih belum pulih sepenuhnya. Oleh karena itu, tekanan inflasi tahun depan pun tidak akan terlalu tinggi.
Dia mengatakan bahwa pemerintah akan terus bekerja sama dengan Bank Indonesia dalam menjaga inflasi 2021. Namun, komponen inflasi dari harga barang bergejolak dan harga yang diatur pemerintah akan terus dipantau.
"Inflasi masih akan pada kisaran 3% tentu masih bisa terjaga," ujar Menkeu dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (2/9).
Di sisi lain, dia menyebut pemulihan ekonomi pada semester I 2021 kemungkinan masih belum maksimal lantaran Covid-19 masih akan menjadi faktor penahan pemulihan konsumsi investasi dan ekonomi global.
Dengan demikian, perekonomian tahun 2021 akan sangat tergantung pada semester II 2020. "Semua prediksi baru akan bisa dilakukan setelah ditemukan vaksinasi," kata dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dan keempat 2020 masih akan terkontraksi. Sebagaimana diketahui, perekonomian kuartal II 2020 terkontraksi 5,32%.
Sementara, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 hanya mencapai 2,97%. Maka dari itu, ekonomi RI pada keseluruhan tahun diproyeksikan dirinya akan berkisar di antara minus 1,1% hingga 0,2%.
Adapun pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia akan tumbuh dalam kisaran 4,5% hingga 5,5% pada tahun depan. Sri Mulyani sebelumnya menilai capaian tersebut sepenuhnya bergantung dari keberhasilan vaksin virus corona atau Covid-19, serta efektivitas kemampuan fiskal dalam mendorong permintaan.
"Apakah nantinya vaksin Covid-19 bisa didistribusikan secara signifikan ke seluruh porsi populasi, itu nanti yang menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (1/9).
Dia juga menjelaskan laju perekonomian Indonesia tahun depan juga akan sangat bergantung pada skenario penanganan virus corona, serta pada akselarasi reformasi terutama di bidang struktural untuk meningkatkan produktivitas daya saing dan iklim investasi.
Kemampuan fiskal dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional menurut Menkeu juga akan menentukan arah pertumbuhan ekonomi 2021. Hal ini tergantung efektivitas bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) dalam mendorong permintaan, serta pemulihan sisi suplai pada sektor-sektor produksi.
Pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan juga akan dipengaruhi kondisi perekonomian global. Terutama bagaimana negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang hingga Tiongkok mempengaruhi dan mengembalikan lintasan atau trajectory pemulihan ekonomi dunia.