Bank Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas atau M2 meningkat pada Agustus 2020. Salah satu faktor yang mendorong adalah kenaikan pada simpanan giro rupiah.
Direktur Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, posisi M2 tercatat Rp 6.726,1 triliun atau meningkat 13,3% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,5%. Ini seiring dengan pertumbuhan pada uang beredar lebih sempit atau M1 yang mencapai 19,3%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juli sebesar 13,1%.
"Peningkatan M1 didorong oleh kenaikan pada giro," ujar Onny dalam keterangan resmi, Rabu (30/9).
Berdasarkan data uang beredar BI, simpanan giro pada Agustus 2020 tumbuh 22,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 1.508,4 triliun. Pertumbuhan tersebut naik nyaris dua kali lipat dibandingkan bulan lalu yang mencapai 11,2% yoy.
Simpanan giro rupiah tumbuh 22,1% menjadi Rp 1.123,4 triliun, sedangkan giro valas tumbuh 22,4% menjadi Rp 385 triliun.
BI mencatat dana pihak ketiga secara keseluruhan tercatat tumbuh 10,9% menjadi Rp 5.352,1 triliun. Kenaikan DPK juga didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 10,2% menjadi Rp 2.035,2 trilun. Pertumbuhan jenis simpanan itu naik dari Juli sebesar 8,2%.
Di sisi lain, simpanan berjangka pada perbankan hanya tumbuh 5,9% menjadi Rp 2.684,5 triliun. Namun, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan Juli yang mencapai 5,5%.
Berdasarkan golongan nasabahnya, peningkatan DPK terutama terjadi pada nasabah korporasi dengan kenaikan pertumbuhan pada seluruh jenis simpanan dibandingkan bulan sebelumnya.
Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menilai peningkatan simpan giro tidak terlepas dari perusahaan yang masih menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha. "Tapi ini tidak serta merta menunjukkan kondisi perusahaan yang sedang menurun, karena sebenarnya DPK itu kan mencatatkan kenaikan," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Rabu (30/9).
Selain penundaan ekspansi, menurut dia, ada kemungkinan kenaikan giro disebabkan oleh perubahan preferensi banyak perusahaan untuk mempermudah transaksi.
Namun, jika dilihat dari komponen giro valas yang meningkat, Yusuf menyebut kondisi ini dapat menunjukkan motif berjaga-jaga perusahaan dengan memegang valas yang sifatnya lebih likuid.
"Sedangkan tabungan meningkat karena kelompok menengah atas memilih untuk menabung dibandingkan melakukan konsumsi di tengah kondisi pandemi seperti sekarang," ujar dia.
Kendati demikian, ia menjelaskan bahwa salah satu penyebab kenaikan uang beredar pada Agustus adalah ekspansi keuangan pemerintah. Pemerintah sudah mulai gencar melakukan belanja yang kemudian tercatat BI sebagai peningkatan tagihan bersih pemerintah pusat.
BI mencatat tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang meningkat dari 40,8% menjadi 65,1%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kewajiban kepada pemerintah pusat terutama berupa simpanan pemerintah pada sistem moneter.
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 13,8%, lebih rendah dibandingkan Juli 2020 sebesar 17,6% yang disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk terutama dalam bentuk surat berharga.
Pada bulan Agustus pertumbuhan belanja pemerintah pusat meningkat sebesar 13%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Juli yang hanya mencapai 4,25%.
Adapun posisi uang kartal di masyarakat tercatat Rp 661,2 triliun atau tumbuh 6,2%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 7,8%. Perlambatan peredaran kartal seiring dengan rendahnya realisasi inflasi yang mengindikasikan melemahnya permintaan domestik akibat pandemi.
Di sisi lain,dana float atau saldo uang elektronik yang diterbitkan bank masih menurun sebesar 3% meskipun tidak sedalam penurunan bulan sebelumnya yaitu 13%. Saldo uang elektronik yang diterbitkan bank tercatat Rp 2,4 triliun, dengan pangsa 0,14% terhadap M1.
Surat berharga selain saham tercatat tumbuh negatif dari positif 4,9% pada menjadi minus 18,7%. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan surat berharga yang dimiliki perusahaan keuangan selain bank dalam rupiah.