Daya beli yang terpukul akibat pandemi Covid-19 akan mendorong inflasi tahun ini ke level terendah dalam setengah abad terakhir. Bank Indonesia memproyeksi inflasi pada tahun ini berada di bawah 2%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia sudah tiga bulan berturut-turut mengalami deflasi yakni pada Juli hingga September 2020. Inflasi tahun kalender atau sepanjang Januari-September 2020 bahkan baru mencapai 0,83%, kurangd ari sepertiga capaian periode yang sama tahun lalu 2,62%.

Kinerja inflasi tahun berjalan yang rendah terutama disebabkan oleh deflasi pada komponen harga yang bergejolak sebesar 0,28% dan komponen yang diatur pemerintah sebesar 0,11%. Deflasi pada komponen harga yang bergejolak terutama disumbang penurunan indeks harga pangan sebesar 0,13%.

Sementara komponen inti masih mencatatkan inflasi sebesar 1,46%. Meski demikian, Kepala BPS Suhariyanto pada pengumuman inflasi awal bulan ini mengingatkan inflasi tahunan komponen inti yang menurunan sejak Maret perlu diwaspadai.

Pada September 2020, komponen inti mencatatkan inflasi tahunan sebesar 1,86%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2,03% dan Juli 2,07%. "Ini menunjukkan daya beli kita masih sangat lemah. Itu yang perlu diwaspadai," ujar Suhariyanto.

Inflasi Inti yaitu komponen harga barang/jasa yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakannya. Inflasi ini dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lalu lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan inflasi mitra dagang. Selain itu ada pengaruh dari ekspektasi pedagang dan konsumen.

Direktur Eksekutif Center Of Reform on Economics Mohammad Faisal memperkirakan inflasi tahun ini hanya akan mencapai 1,2%. Inflasi yang terlalu rendah, menurut dia, dapat berimplikasi kepada lonjakan pengangguran dan kemiskinan.

Inflasi yang rendah menandakan permintaan masyarakat yang rendah pula. Dengan permintaan yang rendah, perusahaan harus mengurangi produksi yang berakibat pada efisiensi tenaga kerja.

"Efesiensi ini berdampak kepada perumahan pekerja dan PHK sehingga meningkatkan pengangguran," kata Faisal kepada Katadata.co.id, Jumat (23/10).

Kendati demikian, inflasi yang rendah dinilai ia memberikan beberapa keuntungan. Kelebihan yang dimaksud adalah stabilnya harga barang.

Selain itu, dari sisi moneter, Bank Indonesia tentunya menurut Faisal akan menurunkan suku bunga acuan jika inflasi terjaga. Dengan penurunan bunga acuan, suku bunga perbankan juga akan menurun dan masyarakat akan berpikir dua kali untuk menyimpan uangnya.

Dia pun memperkirakan inflasi yang rendah tersebut masih akan berlanjut pada tahun depan. Tingkat inflasi belum akan berbalik ke arah normal di level 3%. "Tahun depan kemungkinan dengan sedikit peningkatan di sekitar 2%," ujarnya.

Prediksi tersebut, kata Faisal, seiring dengan perbaikan permintaan masyarakat dan masih bergelutnya Indonesia dengan pandemi. Namun, dengan harapan Covid-19 pada tahun depan bisa lebih dikendalikan.

Pemerintah pada UU APBN 2020 menargetkan inflasi sebesar 3,1%. Namun seiring perkembangan Pandemi Covid-19, pemerintah mengubah target inflasi dalam APBN-P melalui Perpres 72 Tahun 2020 menjadi di rentang 2% hingga 4%.  

Presiden Joko Widodo meminta inflasi tetap berada pada titik keseimbangannya. Ia berharap, inflasi dapat dijaga agar tidak terlalu rendah meski BI telah memperkirakan inflasi berada di bawah 2% pada tahun ini.

 Jika pada kondisi normal pemerintah berupaya agar inflasi tak terlalu tinggi agar harga barang tetap terjangkau masyarakat, kini situasinya berbalik. "Kali ini kita dituntut mampu tingkatkan infllasi agar tidak terlalu rendah," kata Jokowi dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2020 yang disiarkan secara virtual, Kamis (22/10).

Inflasi yang terlalu rendah, menurut Jokowi, akan membuat sektor usaha lesu. Oleh karena itu, pemerintah memberikan sejumlah stimulus untuk memastikan pelaku usaha tetap berproduksi. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran agar tidak ada tekanan pada perekonomian saat mulai pulih.

Stimulus yang telah diberikan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan sosial (bansos) tunai, Bantuan Langsung Tunai (BLT) dana desa, kartu prakerja, subsidi gaji hingga bansos produktif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Bantuan tersebut diharapkan dapat mendorong permintaan dan menumbuhkan pasokan yang akan berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga.

Kondisi di Berbagai Negara

Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi mengatakan kemungkinan inflasi di bawah 2% pada tahun ini tak perlu dikhawatirkan. "Karena ini sifatnya sementara akibat Covid-19," kata Eric kepada Katadata.co.id.

Inflasi yang rendah, menurut dia, juga terjadi di banyak negara pada tahun ini. Sebelum pandemi, tren inflasi di negara-negara emerging market sejak tahun 2.000-an sebenarnya juga menurun. Beberapa penyebabnya, yakni perdagangan internasional yang membuat harga barang menurun karena adanya kompetisi, pembangunan infrastruktur yang menurunkan biaya rata-rata logistik, dan kebijakan moneter yang menetapkan target inflasi.

Inflasi yang rendah di Tanah Air pada tahun ini, menurut dia, terutama disebabkan oleh daya beli yang melemah pandemi Covid-19. Senada dengan emerging market lainnya, tren inflasi di Indonesia juga menurun karena faktor-faktor tersebut.

Kondisi ini berbeda dengan negara seperti Jepang yang bergulat dengan deflasi sejak bertahun-tahun lalu akibat demografi mereka yang kini didominasi penduduk usia tua. Mengutip Nikkei, Jepang mencatatkan deflasi tahunan pada komponen inti sebesar 0,3% menandai penurunan pada bulan kedua berturut-turut.

Angka tersebut menunjukkan bahwa pandemi menambah tekanan deflasi pada perekonomian Negri Sakura tersebut. Sebagian besar penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan biaya energi dan program diskon yang didanai pemerintah untuk perjalanan domestik yang bertujuan untuk mendukung pariwisata Jepang yang sakit.

Di Amerika Serikat, inflasi pada September 2002 tercatat 0,2%, menghadapi tren penurunan dari posisi Agustus 0,4% dan Juli 0,6%. Inflasi tahunan pada bulan lalu tercatat 1,4%, naik dari bulan lalu 1,3%.

Sementara itu, negeri Jiran Malaysia juga mencatatkan deflasi selama delapan bulan berturut-turut hingga September 2020. Deflasi sejak Februari hingga Agustus 2020 secara berturut juga dicatatkan Singapura.

"Inflasi akan naik kembali ketika ekonomi Indonesia mulai pulih," kata Eric.

Reporter: Agatha Olivia Victoria