Investasi Asing Kuartal III di RI Naik, Modal dari Singapura Terbesar

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Ilustrasi. BKPM mencatat total penanaman modal yang masuk pada kuartal ketiga mencapai Rp 209 triliun, naik 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
23/10/2020, 19.48 WIB

Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat investasi asing pada kuartal ketiga 2020 mulai menggeliat. Investasi asing tumbuh 1% menjadi Rp 109,2 triliun, dan mengakhiri tren kontraksi yang terjadi selama dua kuartal sebelumnya. Naiknya investasi asing itu terutama berasal dari Singapura, yang tumbuh 27,7% menjadi US$ 2,49 miliar. 

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, total penanaman modal yang masuk pada kuartal ketiga mencapai Rp 209 triliun, naik 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Investasi asing mulai tumbuh, tetapi masih lebih lambat dari pertumbuhan penanaman modal dalam negeri yang tercatat sebesar 2,2% menjadi Rp 102,9 triliun. 

"Kuartal III ini adalah momentum investasi untuk naik," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers Virtual terkait Realisasi Investasi Kuartal III 2020 pada Jumat (23/10).

Investasi asing paling banyak masih berasal dari Singapura mencapai US$ 2,49 miliar, naik dibandingkan kuartal III 2019 sebesar US$ 1,95 miliar. Pada kuartal II lalu, investasi asal Singapura sebesar US$ 1,95 miliar, anjlok dari kuartal I US$ 2,7 miliar. 

Menempati posisi kedua pada kuartal III adalah Tiongkok dengan investasi mencapai US$ 1,08 miliar, naik tipis dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,02 miliar. Realisasi investasi tersebut juga lebih rendah dari kuartal II 2020 sebesar US$ 1,14 miliar. Meski demikian, posisi Tiongkok sebagai penanam modal terbesar di Indonesia meningkat dibandingkan kuartal lalu atau 2019 yang bertengger di urutan ketiga. 

Sementara itu, investasi terbesar ketiga berasal dari Jepang dengan nilai mencapai US$ 921,3 miliar, naik dari kuartal III 2019 sebesar US$ 881,38 miliar. Kemudian Hong Kong sebesar US$ 683,1 miliar dan Belanda US$ 517,4 miliar.  

Berdasarkan sektornya, realisasi PMA paling banyak berada di industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya mencapai US$ 1,6 miliar atau 21,6% dari total investasi. Lalu , sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi US$ 1 miliar, sektor listrik, gas, dan air US$ 900 miliar,  sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran US$ 600 miliar atau 8,1%, dan sektor  industri kimia serta farmasi US$ 600 miliar, Sementara sektor lainnya mencapai  US$ 2,7 miliar.

Di sisi lain, investor dalam negeri paling banyak menanamkan modal pada sektor konstruksi Rp 23 triliun dengan porsi 22,3%, sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 17,7 triliun, serta sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 12,6 triliun. Lalu sektor listrik, gas, dan air Rp 11,3 triliun, sektor industri kimia dan farmasi Rp 7,5 triliun, dan sektor lainnya Rp 30,8 triliun. 

Total penanaman modal dalam negeri sepanjang Januari-September 2020 mencapai Rp 611,16 triliun, tumbuh 1,7% dibanding periode yang sama tahun lalu Investasi PMDN tumbuh 9,3% menjadi Rp 309,9 triliun, sedangkan PMA masih turun 5,1% menjadi Rp 301,7 triliun.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai rilis data investasi yang sedikit lebih baik di bandingkan ekspektasi para analis dan  menjadi harapan bagi ekonomi Indonesia. "Ada kemungkinan perekonomian pada kuartal keempat akan lebih baik," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Jumat (23/10).

Dengan data investasi tersebut, Ibrahim optimistis masa kritis realisasi investasi sudah terlewatkan dan pembangunan infrastruktur kembali berjalan. "Sekarang tinggal bagaiamana kedepannya agar pemerintah dan masyarakat bisa menjaga agar investasi terus stabil dan meningkat dari waktu ke waktu," ujar dia.

Reporter: Agatha Olivia Victoria