Kekhawatiran Lockdown di Australia Tekan Rupiah ke 14.151/US$

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi. Rupiah dibuka di posisi Rp 14.080 per dolar AS, melemah tipis 10 poin dari posisi kemarin.
19/11/2020, 11.20 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini melemah 0,58% ke posisi Rp 14.151 per dolar AS di tengah penantian pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia.

Rupiah dibuka di posisi Rp 14.080 per dolar AS, melemah tipis 10 poin dari posisi kemarin. Namun, rupiah terus bergerak melemah dari posisi pembukaan.

Mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, baht Thailand melemah 0,14%, ringgit Malaysia 0,13%, yuan Tiongkok 0,08%, peso Filipina 0,09%, won Korea Selatan 0,96%, dolar Taiwan 0,05%, dan dolar Singapura 0,09%. Sementara itu, yen Jepang dan rupee India menguat masing-masing 0,06% dan 0,36%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Direktur TFRX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, rupiah melemah karena indeks dolar AS menguat signifikan pagi ini di Pasar Asia. Hal ini dipengaruhi oleh tindakan penguncian wilayah atau lockdown yang dilakukan di Australia Selatan.

"Data yang lain sebenarnya cukup bagus, tetapi karena kabar dari Australia, indeks dolar AS melesat," ujar Ibrahim kepada Katadata.co.id, Kamis (19/10).

Ibrahim menjelaskan, lockdown tersebut membayangi sejumlah sentimen positif dari pasar global. Di Eropa, kesepakatan terkait Brexit sudah semakin dekat. Bank Sentral Eropa nanti malam juga akan melakukan pertemuan yang kemungkinan besar membahas stimulus.

"The Fed juga sedang berupaya untuk mengembalikan pemulihan ekonomi AS pada jalurnya," katanya.

Di sisi lain, Ibrahim menduga pelemahan rupiah yang cukup dalam di antara mata uang negara Asia lainnya disebabkan oleh mundurnya target pemerintah untuk mendistribusi vaksin.

"Pemerintah dua pekan lalu mengatakan akan mendistribusi vaksin pada Desember. Kemarin, ada pernyataan kalau, vaksin baru akan didistribusikan pada akhir kuartal I. Ini membuat kecewa pasar," katanya.

Sementara itu, BI kemungkinan akan menahan suku bunga acuan. Ia menduga, bank sentral baru akan menurunkan bunga acuan pada bulan depan bersamaan dengan ekspektasi Bank Sentral Eropa menggelontorkan stimulus. "Apalagi jika The Fed menurunkan bunga ke arah negatif pada bulan depan," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah terjadi karena pasar keuangan diliputi kekhawatiran naiknya kasus positif Covid-19 yang sudah menyebabkan lockdown di beberapa negara dan bisa memicu Lockdown baru. Lockdown ini akan mengganggu pemulihan ekonomi.

"Sentimen ini sementara menutup kabar positif dari hasil akhir uji vaksin Pfizer kemarin malam. Meskipun hasil vaksin positif tapi pasar menilai vaksin masih perlu waktu untuk didistribusikan," katanya.

Sementara dari dalam negeri, menurut dia, keputusan suku bunga acuan BI dapat mempengaruhi pergerakan rupiah. Suku Bunga acuan yang tetap bisa menjaga tingkat imbal hasil aset rupiah tetap menarik di mata investor karena selisih yang masih besar dibandingkan negara maju.

"Ini bisa menahan pelemahan rupiah hari ini," katanya.