Bank Indonesia memproyeksi transaksi perbankan digital pasda tahun depan akan mencapai Rp 32.206 triliun, melesat 19,12% dibandingkan proyeksi tahun ini Rp 27.036 triliun. Ini seiring prcepatan proses digitalisasi perbankan dan perbaikan kondisi ekonomi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, transaksi perbankan digital akan meningkat seiring upaya pihaknya mendorong digital banking dan dan open Application Programming Interface (API). Melalui open API, transaksi perbankan dan fintech akan terhubung sehingga lebih maksimal dalam melayani kebutuhan masyarakat.
"BI akan terus mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan melalui implementasi cetak biru sistem pembayaran 2025. Ini sekaligus bagian dari langkah pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan BI, Kamis (3/12).
Perry menjelaskan, transaksi e-commerce diperkirakan mencapai Rp 337 triliun pada tahun depan, naik dari proyeksi tahun ini Rp 253 triliun. Transaksi uang elektronik juga diperkirakan naik dari Rp 201 triliun menjadi Rp 266 triliun.
"Kampanye QRIS akan terus digencarkan untuk mencapai 12 juta UMKM teregistrasi digital secara nasional pada 2021. Digital banking juga terus kami dorong," katanya.
Pada tahun depan, BI juga akan melincurkan BI fast, sistem kliring real time yang akan beroperasi 24 jam 7 hari. Ini diharapkan menurunkan biaya transaksi pembayaran.
"Elektronifikasi pada penyaluran bansos, transportasi, dan keuangan daerah juga akan terus didorong," katanya.
BI juga akan melakukan pembaruan pada aturan-aturan digital agar industri semakin mampu berkembang dan inovatif sehingga mendukung akselerasi keuangan digital.
Direktur Eksekutif Departemen Penelitian Perbankan OJK Anung Herlianto menjelaskan, perkembangan digital banking selama ini diinisiasi oleh industri yang ingin memberikan peningkatan layanan kepada nasabah. Namun selama pandemi,perkembangan digital banking terus didorong oleh regulator.
"Selama pandemi ini regulator terus mendorong agar perbankan dapat memberikan layanan tanpa harus datang secara fisik. Jadi tantangan digitalisasi perbankan menguat, open banking dan API marak dalam setahun terakhir ini," katanya.
Digitalisasi perbankan, menurut Anung, juga terkait dengan kemampuan modal bank. Hingga kini, baru 9 bank yang telah melaksakanakan open banking dan open API.
Hasil survei Inventure Indonesia bersama Alvara Research Center menunjukkan, pandemi virus corona Covid-19 membuat penetrasi digital semakin masif di sektor perbankan. Layanan perbankan digital, seperti internet/mobile banking dan e-wallet pun menjadi lebih sering digunakan oleh konsumen.