Lembaga Penjamin Simpanan mencatat total simpanan masyarakat dengan nominal di atas Rp 5 miliar pada Desember 2020 turun Rp 42 triliun atau 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 3.207 triliun. Namun secara keseluruhan, simpanan masyarakat naik dari Rp 6.691 triliun menjadi Rp 6.737 trilun.
Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih menjelaskan, penurunan pertumbuhan bulanan pada simpanan tiering besar tersebut mengikuti pola seasonal yakni pengeluaran pemerintah dan korporasi cenderung lebih besar pada akhir tahun.
"Data pergerakan simpanan bulan Desember mengindikasikan bahwa penyebaran dana simpanan di perbankan, khususnya pada simpanan dengan saldo di bawah Rp 5 miliar merata," ujar Lana dalam siaran pers, Kamis (4/2).
Simpanan dengan nominal Rp 5 miliar ke atas telah turun 3,1% dibandingkan akhir September 2020, tetapi tumbuh 14,2% dibandingkan akhir 2019. Pertumbuhan simpanan nominal Rp 5 miliar ke atas secara tahunan paling tinggi dibandingkan kelompok simpanan dalam nominal lainnya.
Sementara itu, seluruh kelompok simpanan di bawah Rp 5 miliar masih terus mencatatkan pertumbuhan. Kenaikan juga mencakup simpanan Rp 100 juta ke bawah yang tumbuh 2,8% secara bulanan atau 8,1% secara tahunan menjadi Rp 954 triliun.
Jumlah rekening simpanan pada Desember 2020 tumbuh 16,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 350.324.950 rekening. Sedangkan dibandingkan dengan bulan sebelumnya , jumlah rekening perbankan naik 1,68%.
Sebagian besar simpanan masih ditempatkan dalam bentuk deposito mencapai 40,58% dari total simpanan. Kemudian tabungan, dengan porsi mencapai 32,32%, giro 25,59%, deposit on call 1,14%, dan sertifikat deposito 0,10%.
Jenis simpanan yang mengalami pertumbuhan paling tinggi secara tahunan adalah giro sebesar 15,48% menjadi Rp1.724 triliun. Sedangkan sertifikat deposito adalah jenis simpanan yang mengalami penurunan nominal paling besar yakni 65,68% secara tahunan.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan pertumbuhan simpanan sudah mulai melambat sejak Oktober karena masyarakat memilih untuk memindahkan sebagian dananya ke pasar obligasi atau saham yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Aksi memindahkan dana ke instrumn dengan imbal hasil lebih menarik dari deposito yang memiliki bunga rendah saat ini akan terus meningkat. Ini juga akan membuat kepemilikan investor ritel terhadap obligasi pemerintah bertambah. "Pertumbuhan simpanan yang melambat kemungkinan karena pemindahan aset, saya rasa bukan karena peningkatan belanja atau untuk ekspansi usaha," kata Rendy.
Kepala LPS Purbaya Yudi Sadewa sebelumnya memperkirakan tren penurunan bunga deposito masih akan berlanjut tahun ini seiring kondisi likuiditas perbankan yang longgar. LPS memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunga penjaminan pada bulan lalu untuk memberikan waktu bagi bank menyesuaikan penurunan bunga acuan BI yang belum sepenuhnya tertransmisi.
"Ruang untuk penurunan bunga penjaminan masih terbuka. Tapi kami memberikan ruang bagi perbankan untuk menyesuakan kebijakan penurunan sebelumnya," katanya.
Saat ini, mayoritas perbankan menawarkan bunga deposito di bawah 5%. BCA dan CIMB Niaga bahkan mematok bunga deposito hanya sebesar 3% untuk seluruh jenis tenor dan simpanan. Demikian pula dengan Bank Mandiri, BRI, dan BNI mematok bunga deposito 3% hingga 3,25%.
LPS pada sepanjang tahun lalu telah memangkas bunga penjaminan mencapai 1,75% untuk simpanan rupiah, lebih banyak dari penurunan bunga acuan BI sebesar 1,25%.