Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Februari 2021 sebesar 0,10%, melambat dibandingkan Januari yang mencapai 0,26% atau periode yang sama tahun lalu 0,28%. Inflasi yang rendah menunjukkan permintaan masyarakat masih lemah seiring masih adanya bayang-bayang dampak pandemi Covid-19.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat inflasi tahun kalender Januari-Februari 2021 tercatat 0,36%, sedangkan inflasi tahunan 1,38%. "Dari 90 kota inflasi yang dipantau BPS, 56 kota mengalami inflasi, sedangkan 34 kota mengalami deflasi," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (1/3).
Suhariyanto menjelaskan, inflasi tertinggi terjadi di Mamuju mencapai 1,12%. Pada bulan lalu, inflasi tertinggi juga terjadi di Mamuju karena bencana gempa bumi yang tengah dialami wilayah tersebut. Sebaliknya deflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli 1,55% karena ada penurunan beberapa harga komoditas sepetri cabai merah, ikan, cabai rawait, dan daging ayam ras.
Pergerakan inflasi bulanan maupun tahunan pada Januari 2021 melambat. Ini, menurut dia, mengindikasikan bahwa dampak pandemi Covid-19 masih membayang-bayangi perekonomian tak hanya di Indonesia tetapi berbagai negara. "Ini harus diwaspadai karena pandemi menyebabkan mobilitas berkurang, rooda ekonomi bergerak lambat, berpengaruh ke pendapatan dan lemahnya permintaan," katanya.
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, ada lima kelompok yang tidak memberikan andil kepada inflasi, yakni pakaian dan alas kaki. kesehatan, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, rekreasi, olahraga, dan budaya, serta pendidikan. Inflasi untuk beberapa komoditas, menurut dia, juga tak terlalu tinggi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan perawatan rutin rumah tangga 0,36%. "Inflasi pada kelompok ini disebabkann oleh kenaikan upah asisten rumah tangga," katanya.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan kenaikan inflasi tipis hanya 0,07% dengan andil terhadap inflasi 0,02%. "Sumbangan terbesar diberikan pada harga cabai rawit dan ikan segar yang memberikan andil inflasi masing-masing 0,02%. Jadi kalau kita lihat, karena cuaca kurang bagus, harga cabai rawit naik.," ujarnya.
Kenaikan harga pada ikan segar juga disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim yang tak memungkinkan nelayan untuk melaut. "Sehingga pasokan menurun dan harga ikan di beberapa daerah meningkat," katanya.
Di sisi lain, ada beberapa harga yang menurun sehingga menyumbangkan deflasi pada bulan lalu. Harga telur dan ayam ras menurun dan memberikan andil deflasi masing-masing 0,02%. Harga tombat dan cabai rawit juga menurun dan memberikan andil deflasi 0,01%.
Kelompok transportasi mengalami inflasi 0,3% dengan andil 0,04%. "Ada dua komoditas yang memberikan andil besar, yakni kenaikan tarif tol di 6 kota IHK dan tarif angkutan udara di beberapa tempat," ujarnya.
Sementara itu, deflasi disumbang oleh kelompok jasa pelayanan makanan dan minuman dengan andil 0,02%, kelompok perawatan pribadi dan lainnya dengan andil 0,01%. "Satu-satunya komoditas yang memberikan andil pada deflasi kelompok perawatan pribadi dan lainnya adalah penurunan harga emas perhiasan," katanya.
Adapun menurut komponennya, kelompok harga barang yang bergejolak mengalami inflasi 0,01%,harga yang diatur pemerintah 0,21%, dan inflasi inti 0,11%. "Inflasi intii dipengaruhi oleh kenaikan upah asisten ruah tangga yang andilnya 0,01% dan emas perhiasan yang menymbang deflasi 0,02%," ujarnya.
Secara keseluruhan, menurut Suhariyanto, inflasi pada Februari masih melambat. Dengan demikian, menurut dia, dapat dilihat bahwa dampak pandemi masih belum reda. "Permintaan domestik masih lemah," kataya. Bank Indonesia memproyeksikan inflasi Februari 2021 akan sebesar 0,08% secara bulanan. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi secara tahun kalender sebesar 0,34% dan secara tahunan sebesar 1,35%.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan angka tersebut merupakan hasil dari survei pemantauan harga pada minggu keempat Februari 2021. "Penyumbang utama inflasi yaitu komoditas cabai rawit, cabai merah, dan kangkung," ujar Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (26/2).
Adapun ketiga komoditas tersebut masing-masing memberikan peran inflasi sebesar 0,02%. Kemudian, ada pula bawang merah, bayam, daging sapi, besi beton, dan rokok kretek filter yang masing-masing menyumbang inflasi 0,01%.
Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain emas perhiasan sebesar 0,03%, daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,02%. Selanjutnya, tomat, air kemasan, dan angkutan antarkota masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,01%.