Pemerintah mencatat, 40,67% pendapatan warga Bali anjlok pada tahun lalu akibat Pandemi Covid-19. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, terdapat sejumlah strategi yang disiapkan pemerintah dalam jangka pendek dan menengah untuk memulihkan ekonomi Pulau Dewata.
Strategi pertama, menurut Luhut, adalah pengendalian kasus Covid-19. Ini tak hanya menjadi strategi untuk mendorong ekonomi Bali, tetapi nasional. Jika kasus terkendali, maka aktivitas ekonomi dapat kembali meningkat.
Kedua. mempercepat vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Luhut mengatakan telah secara khusus meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mempercepat proses vaksinasi di Bali.
Ketiga, perlu dilakukan pengetatan protokol kesehatan, terutama untuk para wisatawan mancanegara. Protokol akan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara Indonesia dengan negara asal turis.
"Kami sedang menjajaki negosiasi dengan beberapa negara untuk membuka travel bubble wisman untuk Bali," ujar Luhut dalam Acara Bali Economic and Investment Forum 2021, Kamis (8/4).
Selain itu, Luhut mengatakan ada sejumlah stretegi jangka menengah panjang yang juga disiapkan pemerintah demi mengungkit pariwisata Bali. Pertama, mengembangkan pariwisata kesehatan atau health tourism dengan membuka rumah sakit internasional untuk penanganan penyakit-penyakit spesifik, seperti kanker atau tumor.
"Sudah ada beberapa investor yang berminat. Health tourism dapat memperlama waktu kunjungan wisatawan," katanya.
Kedua, menurut Luhut, melestarikan sumber daya kelautan dan budidaya perikanan, serta pertanian. "Kedua hal tersebut adalah kunci terhadap sustainability industri pariwisata di Bali," katanya.
Luhut berharap strategi-strategi tersebut dapat memulihkan ekonomi Bali yang terpukul oleh pandemi lebih dalam dari ekonomi nasional pada tahun lalu. Berdasarkan data BPS, ekonomi Bali terkontraksi 9,3% pada tahun lalu, lebih dalam dari ekonomi nasional yang terkontraksi 2,07%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 40,67% masyarakat Bali mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi pada tahun 2020. Penurunan pendapatan paling banyak dirasakan oleh kelompok pendapatan rendah.
Dalam bahan paparan Sri Mulyani,penurunan pendapatan dialami 67,65% masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 1,8 juta, 52,6% masyarakat berpendapatan Rp 1,8-3 juta, dan 42,51% masyarakat berpendapatan Rp 3-4,8 juta. Penurunan pendapatan juga dialami 36,83% masyarakat berpenghasilan Rp 4,8-7,2 juta dan 41,28% berpendapatan di atas Rp 7,2 juta.
Oleh karena itu, menurut dia, bantuan sosial pemerintah difokuskan kepada kelompok 30% terbawah yang ada di Bali. "Mereka ini kelompok yang mengalami tekanan luar biasa," katanya.
Kegiatan ekonomi Bali selama ini bertumpu pada sektor pariwisata dan turunannya. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata kontribusi industri pariwisata terhadap ekonomi Bali mencapai 30,3%.
Sri Mulyani berharap pemerintah Bali bisa memperkuat sektor di luar pariwisata yang berkontribusi pada perekonomian dalam kondisi Covid-19 saat ini. "Bisa seperti pertanian dan industri pengolahan," katanya.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, 72,6% masyarakat Indonesia mengalami penurunan pendapatan rumah tangga pada Februari 2021. Hal tersebut terjadi imbas pandemi virus corona.
Jumlah responden yang mengalami penurunan pendapatan tersebut lebih besar dibandingkan survei serupa pada September 2020. Lima bulan lalu, ada 66,6% responden yang mengaku pendapatannya menurun akibat pandemi corona.