Modal Asing Kabur Rp 1,3 T dari Pasar Surat Utang Negara Pekan Ini

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. Dana asing masih tercatat masuk di pasar saham Indonesia mencapai Rp 590 miliar.
16/4/2021, 19.31 WIB

Bank Indonesia mencatat, terdapat aliran modal asing keluar dari pasar domestik sebesar Rp 710 miliar pada pekan ini. Dana asing keluar dari pasar Surat Utang Negara mencapai Rp 1,3 triliun, tetapi masuk di pasar saham Rp 590 miliar. 

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan bahwa perkembangan tersebut berdasarkan data transaksi 12-15 April 2021. "Berdasarkan data setelmen selama 2021, nonresiden mencatatkan jual neto Rp 12,85 triliun," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (16/4).

BI juga mencatat imbal hasil atau yield SBN 10 tahun RI turun tipis ke level 6,5% pada pagi ini dari 6,55% pada akhir hari Kamis (15/4). Yield surat utang Amerika Serikat tenor 10 tahun juga menurun ke level 1,576%.

Di sisi lain, premi risiko investasi RI alias credit default swap (CDS) berada di level 81,67 basis poin pada 15 April 2021. Angka tersebut menurun dari 83,64 bps per 9 April 2021.

Derasnya modal asing yang keluar tersebut memberi sentimen negatif kepada rupiah. Selama satu pekan ini, mata uang Garuda cenderung terus melemah meski ditutup menguat pada akhir pekan ini di level Rp 14.565 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, kurs Garuda tercatat stagnan jika dibandingkan dengan level akhir penutupan pekan kemarin.

Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah 0,08% jika mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Kurs itu dipublikasikan BI setiap harinya pukul 10.00 WIB.

Rupiah cenderung melemah dalam satu pekan ini karena adanya data perekonomian AS yang membaik hingga pernyataan Gubernur Bank Sentral AS mengenai kemungkinan pengurangan pembelian obligasi. Namun, menjelang akhir pekan mata uang Garuda mulai menguat karena data inflasi AS yang membaik tidak mampu mengangkat dolar.

Pada hari ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menyebutkan bahwa penguatan rupiah ditopang oleh kebangkitan ekonomi Tiongkok. "Perekonomian Negeri Panda tumbuh hingga 18,3% pada kuartal I 2021 di saat hantaman Covid-19 belum usai dan akan berdampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi RI," kata Ibrahim dalam hasil kajiannya, Jumat (16/4).

Menurut dia, hal tersebut merupakan sinyal positif bahwa pemulihan ekonomi dalam negeri bisa dilakukan dengan cepat. Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini sebesar 7% yang didambakan pemerintah, menurut dia, dapat saja terealisasi. 

Ibrahim mengkalkulasikan, setiap pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 1% akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 0,05%. Dengan demikian, dampak pertumbuhan ekonomi negeri tersebut akan terasa pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

Di sisi lain, ia menilai bahwa dampak pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan langsung terasa pada sisi ekspor. Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia berpotensi terus mengalami surplus hingga beberapa bulan ke depan.

Ibrahim menuturkan bahwa korelasi pertama bisa dilihat dari kontribusi ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar 21% per Maret 2021. "Itu lebih tinggi kontribusinya dari sebelum pandemi," ujarnya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria