Tingkat konsumsi masyarakat mulai membaik pada tiga bulan pertama tahun ini dan diperkirakan berlanjut pada kuartal II 2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis, konsumsi masyarakat dapat menjadi penopang pembalikan arah ekonomi pada April-Juni 2021.
"Sehingga pada kuartal II 2021, ekonomi akan masuk ke zona positif dan rebound," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi April 2021, Kamis (22/4).
Perbaikan konsumsi, kata dia, akan ditopang oleh peningkatan kepercayaan masyarakat dari perkembangan vaksinasi. Respons masyarakat akan pemanfaatan program stimulus perekonomian dan jumlah kasus Covid-19 yang terkendali juga akan mempengaruhi.
Selain itu, menurut Sri Mulyani, konsumsi masyarakat akan didorong aktivitas Lebaran yang berpotensi lebih baik dibanding tahun lalu meski masih ada larangan mudik. "Ada juga faktor technical rebound dari kontraksi ekonomi tahun lalu," katanya.
Bendahara Negara pun menjelaskan bahwa perbaikan konsumsi, antara lain terlihat dari penjualan kendaraan bermotor yang meningkat tajam pada Maret 2021. Ini dipengaruhi oleh insentif pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang diberikan pemerintah pada awal Maret lalu.
Penjualan mobil pada Maret 2021 tumbuh 10,5% dibanding Maret 2020 dan 72,6% dibanding Februari 2021. Peningkatan terjadi pada penjualan mobil niaga dan mobil penumpang.
Dia menyebutkan bahwa penjualan mobil pada bulan Maret 2021 mendekati angka rata-rata pada tahun 2019. "Diperkirakan juga masih akan terus tinggi pada kuartal berikutnya," katanya.
Pemuluhan ekonomi juga terlihat pada pemakaian listrik yang tumbuh 3,3% pada Maret 2021, berbalik arah dari minus 4% pada Februari 2021. Perbaikan konsumsi listrik terjadi pada semua sektor, khususnya pada sektor industri yang tumbuh di zona positif.
Dia menuturkan bahwa kelompok industri pertama kalinya tumbuh positif semenjak Juli 2020 menjadi sebesar 4,3% pada Maret 2021. Dengan demikian, hal tersebut menggambarkan kegiatan produksi mulai pulih.
Hal tersebut pun sejalan dengan PMI Manufaktur Maret 2021 yang berada di level 53,2, menunjukkan peningkatan aktivitas produksi. Tingkat mobilitas masyarakat juga meningkat sejak bulan Maret 2021, melampau level akhir tahun 2020.
Kementerian Keuangan sebelumnya memproyeksikan ekonomi kuartal kedua 2021 tumbuh 7 hingga 8%. Proyeksi ini didasarkan pada beberapa indikator perekonomian yang mulai meningkat dan penangan Covid-19 yang terus membaik.
Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Hidayat Amir mengatakan, perkiraan tersebut juga sejalan dengan basis perhitungan pertumbuhan yang rendah yakni minus 5,3% pada kuartal II 2020. "Jadi masuk akal bisa tumbuh sesuai perkiraan kami," kata Amir dalam Webinar Indonesia Macroeconomic Update 2021, Kamis (8/4).
Bank Indonesia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1%. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, revisi tersebut dilakukan karena kenaikan konsumsi swasta tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya meski vakinasi terus digencarkan.
"Kami melihat meski terjadi vaksinasi tentu ada pembatasan mobilitas manusia pada kuartal I dan kuartal II ini," ujar Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur April 2021 dengan Cakupan Triwulanan, Selasa (20/4).
Menurut dia, perbaikan konsumsi swasta yang cenderung terbatas tercermin pada indikator ekspektasi konsumen dan penjualan eceran sampai dengan bulan Maret 2021. Namun, implementasi vaksinasi dan disiplin penerapan protokol Covid-19 tetap diperlukan untuk mendukung percepatan perbaikan permintaan domestik.