Pasar Pantau Rilis Data Ketenagakerjaan AS, Rupiah Dibuka Menguat

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS (USD) di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Jakarta, Rabu (22/7/2020).
3/6/2021, 09.57 WIB

Rupiah dibuka menguat 0,06% ke level Rp 14.271 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pasar spot pagi ini, Kamis (3/6). Analis menilai, pasar menunggu dan melihat (wait and see) untuk mengantisipasi rilis data ketenagakerjaan AS.

Mayoritas mata uang Asia menguat pagi ini. Dikutip dari Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Taiwan 0,17%, won Korea Selatan 0,25%, peso Filipina 0,03%, dan ringgit Malaysia 0,05%.

Sedangkan dolar Singapura melemah 0,02%, yen Jepang 0,08%, rupee India 0,26%, yuan Tiongkok 0,08%, dan baht Thailand 0,02%.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan mata uang Garuda akan bergerak di rentang Rp 14.234-Rp 14.302 per dolar AS hari ini. "Pelaku pasar bakal cenderung wait and see mengantisipasi rilis data sektor ketenagakerjaan AS," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (3/6).

Data tersebut menjadi faktor penting dalam menentukan kebijakan lanjutan bank sentral AS, The Fed.

Selain itu, pasar mencermati data ekonomi dalam negeri yakni inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 0,32% secara bulanan (month on month/mtm). Ini meningkat dibandingkan April 0,13%.

Inflasi pada bulan lalu disumbang oleh kenaikan harga pangan dan tarif angkutan menjelang Lebaran. Barang yang berkontribusi besar terhadap kenaikan harga yakni daging ayam, ikan segar, dan daging sapi. 

Sepanjang Januari hingga Mei, inflasi 0,9% year to date (ytd). Sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) 1,68%.

Dari 99 kota indeks harga konsumen yang diamati BPS, 78 mengalami inflasi. Sedangkan 12 kota deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari 1,82%, sementara yang terendah di Tembilahan 0,01%. Deflasi terbesar di Timika 0,03% dan terendah di Palembang 0,02%

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menilai, rupiah berpotensi terus menguat hari ini. Penyebabnya, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun kembali turun ke bawah 1,6%, yakni 1,59%.

"Yield ini masih bergerak konsolidatif mengikuti perubahan ekspektasi pasar terhadap perubahan kebijakan moneter di AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (3/6). "Rupiah akan menguat ke arah Rp 14.250 dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.300 per dolar AS hari ini.”

Pasar juga menantikan data tenaga kerja AS pada malam hari ini (3/6) dan besok (4/6). Hasil yang bagus bisa mendorong ekspektasi perubahan kebijakan moneter AS yang lebih ketat dalam waktu dekat, meningkatkan yield AS, dan memperkuar dolar.

Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS menguat 0,04% ke level 89.94. Dengan demikian, mata uang Negeri Paman Sam perkasa dibanding mayoritas mata uang utama dunia seperti euro, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss. Namun melemah terhadap pound Inggris.

Reporter: Agatha Olivia Victoria