Kementerian Keuangan meluncurkan instrumen surat utang negara (SUN) ritel seri savings bond ritel SBR010 kepada investor individu secara daring atau online pada hari ini. Surat utang ini menawarkan kupon atau bunga 5,1%.
"Karena ini sifatnya tidak dapat diperdagangkan, target SBR010 adalah Rp 5 triliun," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman kepada Katadata.co.id, Senin (21/6).
Dalam acara peluncuran SBR010, Luky menyebutkan bahwa surat utang ini memiliki bunga mengambang alias floating with floor dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dengan tingkat kupon minimal. Jika bunga acuan BI meningkat, Luky mengatakan, imbal hasil SBR010 berpotensi meningkat. Namun, jika bunga BI turun, pemegang SBR tetap memperoleh bunga 5,1%.
"Sehingga produk investasi ini terlindungi dari inflasi dan risiko fluktuasi bunga di pasar," ujar dia.
Tingkat kupon tersebut, menurut dia, jarang dimiliki oleh instrumen investasi lainnya di tengah era suku bunga rendah saat ini. Adapun masa penawaran SBR010 akan dibuka pukul 09.00 WIB pada hari ini dan ditutup pada 15 Juli 2021 pukul 10.00 WIB. SUN ritel tersebut merupakan obligasi negara tanpa warkat dan tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo alias early redemption.
Tanggal jatuh tempo SBR010 adalah 10 Juli 2023. Namun, terdapat periode pengajuan early redemption yang dimulai pukul 09.00 WIB pada 27 Juli 2022 hingga pukul 15.00 WIB pada 4 Agustus 2022.
Nilai maksimal early redemption yakni 50% dari setiap transaksi pembelian yang telah dilakukan pada masing-masing mitra distribusi. SBR010 bisa dipesan mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 3 miliar melalui mitra distribusi yang telah ditunjuk.
Tahun ini, Luky menjelaskan bahwa pemerintah akan menawarkan tujuh seri SUN ritel, baik konvensional dan syariah. "Dari hasil penerbitan tersebut akan digunakan untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021 termasuk untuk pengadaan vaksin, biaya kesehatan, dan bantuan sosial," katanya.
Proses Pembelian SBR010
Proses pemesanan pembelian SBR010 bisa dilakukan secara online melalui empat tahap, yaitu registrasi/pendaftaran, pemesanan, pembayaran, dan setelmen/konfirmasi. Pemesanan pembelian disampaikan melalui sistem elektronik yang disediakan mitra distribusi yang memiliki interface dengan sistem e-SBN.
Sebelum melakukan pemesanan pembelian, setiap calon investor diharapkan telah memahami memorandum informasi SBR010 yang dirilis pada 21 Juni 2021. Masyarakat yang berminat untuk berinvestasi di SBR010 saat ini sudah dapat melakukan registrasi dengan cara menghubungi 26 mitra distribusi yang telah ditetapkan melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik, yang terdiri dari 16 bank umum, empat perusahaan efek, dan enam perusahaan financial technology (fintech).
Bank umum yang dimaksud yakni PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Panin Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kemudian, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Permata Tbk, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, serta PT Bank UOB Indonesia.
Lalu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank Commonwealth, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Victoria International, Tbk. Perusahaan efek meliputi PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Bahana Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Adapun perusahaan fintech yang bekerja sama yaitu PT Bareksa Portal Investasi, PT Investree Radhika Jaya (Investree), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee). Kemudian, PT Lunaria Annua Teknologi (koinworks), PT Star Mercato Capitale (Tanamduit), serta PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).
Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) yang juga Co-founder Bareksa Karaniya Dharmasaputra menyampaikan, investor ritel Indonesia tengah bertumbuh dengan pesat, khususnya di era pandemi Covid-19. "Sebagian besar merupakan investor baru yang belum berpengalaman dan membutuhkan panduan," kata Karaniya kepada Katadata.co.id, akhir Mei 2021.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, jumlah nomor indentitas investor atau single investor identification (SID) per Februari 2021 naik 6,8% menjadi 4,51 juta. Sedangkan pada Januari 2021, jumlah SID Tanah Air tercatat 4,22 juta.
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, utang pemerintah mencapai Rp 6.257,29 triliun pada April 2021. Angka ini setara dengan 41,18% terhadap produk domestik bruto (PDB).