Kementerian Keuangan menarik utang mencapai Rp 7,5 triliun dari penerbitan Surat Utang Negara (SUN) seri savings bond ritel SBR010. Minat investor yang tinggi terhadap SBR010 membuat pemerintah menambah jumlah SBR yang diterbitkan hingga 50% dari target awal Rp 5 triliun.
"Awalnya kami tambah Rp 1 triliun menjadi Rp 6 triliun, tetapi langsung habis dalam dua hari. Karena ada masukan untuk tambah lagi, akhirnya kami menambah unit yang diterbitkan menjadi Rp 7,5 triliun," kata Kepala Seksi Perencanaan Transaksi SUN Herman Sary Tua, Senin, (19/7).
Ia menjelaskan antusiasime masyarakat terhadap SBR010 sangat tinggi. Ini terlihat dari rata-rata pembelian harian SBR010 yang mencapai Rp 300 miliar hingga Rp 400 miliar, lebih tinggi dari rata-rata transaksi SBR seri lainnya Rp 100 miliar-Rp 200 miliar.
Kementerian Keuangan mencatat, terdapat 23.337 investor yang membeli obligasi pemerintah ini. Sekitar 40% dari total investor merupakan investor baru dan didominasi generasi milenial.
Ia mengatakan, jumlah investor dari generasi milenial terus meningkat sejak penerbitan SBR03. " Dari sisi frekuensi, milenial yang membeli paling banyak. Sedangkan dari sisi nominal masih didominasi generasi baby boomers atau usia 56 tahun ke atas," ujarnya.
Sementara berdasarkan wilayahnya, menurut Herman, pembeli SBR010 masih didominasi dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Investor dari Jakarta bahkan membeli 35% SBR010.
Penawaran SBR010 dilaksanakan sejak 21 Juni hingga 15 Juli 2021. Pemerintah semula berencana melepas 5 juta unit SBR dengan target pendapatan Rp 5 triliun. Setiap individu dapat membeli SBR010 minimal 1 unit atau Rp 1 juta hingga maksimal 3.000 unit atau setara Rp 3 miliar.
Obligasi pemerintah ini ditawarkan dengan kupon atau bunga mengambang alias floating with floor minimum 5,1%. Kupon ini terdiri atas perhitungan terhadap BI-7 Day (reverse) repo rate sebesar 3,5% ditambah nilai spread sebesar 160 bps atau 1,6%. Nilai kupon 5,1% akan berperan sebagai imbal hasil minimum, meski begitu apabila suku bunga BI dinaikkan nilai kupon juga berpeluang ikut naik dan tetap terjaga di level 5,1% sekalipun suku bunga diturunkan.
Transaksi untuk pembelian obligasi ini dilakukan secara online melalui 26 mitra. Distributor tersebut terdiri atas 16 institusi perbankan, empat perusahaan efek dan enam perusahaan financial technology (fintech).
SBR010 merupakan satu dari tujuh seri SUN yang rencananya akan diterbitkan pemerintah tahun ini. SUN ritel merupakan obligasi negara tanpa warkat dan tidak dapat dicarikan sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa early redemption atau waktu peluanasan sebelum jatuh tempo yang ditentukan.
Obligasi ini ditawarkan dengan tenor dua tahun yang tanggal jatuh temponya pada 10 Juli 2021. Namun, pemerintah juga menetapkan periode pengajuan early redemption mulai 27 Juli-4 Agutus 2022 atau setahun setelah pembelian.
Kemenkeu mencatat posisi utang pemerintah hingga akhir Mei di angka Rp 6.418 triliun, atau setara 40,49% terhadap PDB. Angka ini mengalami penurunan dibanding periode April sebesar Rp 6.527 triliun, namun mengalami peningkatan 22% dibandingkan Mei 2020 sebesar Rp 5.258 triliun.
Komposisi utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 5.580 triliun, sisanya Rp 838 triliun berasal dari pinjaman. Secara terperinci, utang pemerintah dari penerbitan SBN domestik mencapai Rp 4.353 triliun dan valas sebesar Rp 1.226 triliun. Sementar untuk pinjaman, rinciannya terdiri atas Rp 12,32 triliun pinjaman dalam negeri dan Rp 825 triliun berupa pinjaman luar negeri.