Di Tengah Pandemi, Investasi Perumahan dan Kawasan Industri Kinclong

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
BKPM melaporkan realisasi investasi sepanjang semester I 2021 sebesar Rp 442,76 triliun.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
28/7/2021, 17.45 WIB

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang semester I 2021 sebesar Rp 442,76 triliun. Realisasi investasi terbesar terjadi di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran yang mencapai Rp 60,7 triliun atau 13,7% dari total investasi.

Berdasarkan data BKPM, sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mengantongi inveestasi terbesar kedua  sebesar Rp 57,6 triliun atau mengambil porsi 13%. Sedangkan transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 53,5 triliun dengan porsi 12,1%,  serta sektor listrik, gas dan air Rp 44,3 triliun atau 10% dari total investasi.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, industri makanan juga masuk dalam lima besar penerima investasi sepanjang Januari-Juni 2021. Nilainya mencapai Rp 36,6 triliun atau 8,3% dari investasi. "Industri makanan memang di era pandemi covid-19 ini mengalami kenaikan," kata Bahlil dalam sebuah konferensi virtual, Selasa, (27/7).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan tingginya minat investasi di sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebagian besar justru disumbangkan oleh ekspansi kawasan industri yang kian masif. Hal ini karena adanya campur tangan pemerintah melalui BUMN di dalam pengembangan sektor ini.

"Karena tentunya salah satu motor penggerakan kawasan industri sebetulanya adalah bukan hanya berasal dari sektor swasta tapi juga beberapa BUMN terlibat di dalamnya jadi peran negara juga cukup besar kalau berbicara mengenai kawasan industri sendiri." kata Andry kepada Katadata.co.id, Rabu, (28/7).

Di sisi lain, sektor perkantoran justru terdampak paling signifikan akibat perubahan pola kerja. Penyewaan ruang dan gedung perkantoran juga semakin sedikit. Sementara perumahan masih cukup bertahan terutama pada penjualan jenis rumah tapak (landed house). Namun, penjualan hunian vertikal seperti apartemen justru makin sepi peminat.

"Kalau mereka memiliki apartemen di Jakarta, mereka sekarang sudah mulai coba untuk memilih rumah di luar Jakarta," ujarnya.

Ia menjelaskan, permintaan untuk rumah tapak yang tinggi terutama didorong oleh kelas menengah atas. Hal ini mendorong perusahaan pengembang selama pandemi Covid-19 makin banyak berinovasi mengikuti permintaan pasar. Selain itu, tingginya permintaan pada rumah tapak juga didorong oleh perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan di tengah pandemi yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah.

Andry memperkirakan minat investasi di sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran pada semester kedua akan bergantung pada penanganan pandemi Covid-19. Semakin sukses pemerintah menekan laju penularan Covid-19, ia memprediksikan penjualannya juga akan berangsur pulih dan diikuti pula minat investasi. Sementara beberapa sektor lainnya diprediksi akan lebih fleksibel.

"Telekomunikasi masih cenderung cukup fleksibel, konstruksi juga saya rasa itu jadi salah satu sektor yang tidak begitu terdampak pandemi dan juga untuk industri makanan dan minuman kalau kita berbicara industri pengolahan itu juga salah satu sektor yg mungkin bisa berkembamg ke depan di saat pandemi saat ini." kata dia.

Reporter: Abdul Azis Said