Penyaluran kredit mulai tumbuh positif pada bulan lalu. Bank Indonesia optimistis kredit dapat tumbuh 4% hingga 6% pada tahun ini, antara lain ditopang oleh perbaikan harga komoditas.
Deputi Senior Gubernur BI Destry Damayanti menjelaskan, pihaknya telah menurunkan target pertumbuhan kredit pada tahun ini dari sebelumnya 6% hingga 8%. Namun, menurut dia, kredit masih mampu tumbuh positif ditopang oleh empat hal.
Pertama, terus membaiknya ekonomi global yang mengangkat harga komoditas dunia. Hal ini berdampak positif bagi Indonesia sebagai negara berbasis komoditas dan akan membantu mendorong kredit.
Kedua, kapasitas permodalan bank yang relatif tinggi dengan tingkat risiko yang terjaga. Ini termasuk ketahanan likuiditas bank yang baik sehingga bisa terus menyalurkan kreditnya.
Ketiga, percepatan korporatisasi serta digitalisasi ekonomi dan keuangan yang dapat lebih mendukung aktivitas dan mendorong pemulihan ekonomi, khususnya UMKM. "Lebih dari 99 persen pelaku usaha itu adalah segmen UMKM dan kalau kita lihat pemulihannya di segmen kredit UMKM ini lebih cepat ketimbang segmen korporasi," ujar Destry pada Kamis (29/7), seperti dikutip dari Antara.
Keempat, efektivitas bauran kebijakan sektor lintas lembaga. Ia menekankan BI, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan terus meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional serta mendorong intermediasi dari bank.
Saat ini, menurut Destry, terdapat beberapa sektor yang sudah berhasil ataupun siap untuk mendukung pertumbuhan kredit. Sektor-sektor tersebut, yakni industri makanan, minuman, dan tembakau, tanaman perkebunan, industri kimia, industri elektronik, radio, televisi, dan peralatan komunikasi, tanaman pangan, perdagangan eceran, industri, karet, serta perdagangan impor.
Menurut dia, industri makanan, minuman, dan tembakau, tanaman perkebunan, serta industri kimia, merupakan sektor yang memiliki daya tahan cukup tinggi di tengah Covid-19. Sejak 2020 sektor-sektor tersebut sudah berhasil mendorong pertumbuhan kredit.
Sementara itu, industri elektronik, radio, televisi, dan peralatan komunikasi, serta tanaman pangan merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi atau growth driver, sehingga kedua sektor tersebut sangat menjanjikan ke depannya untuk mendukung kredit perbankan.
"Apalagi di era normal baru yang kita hadapi sekarang ini, maka telekomunikasi atau dunia yang berbasis digital itu merupakan sesuatu yang sangat menjanjikan ke depan, karena inilah pola kehidupan kita kedepannya," kata Destry.
Sedangkan sektor perdagangan eceran, industri, karet, serta perdagangan impor, menurut dia, merupakan sektor yang pulih dengan lambat tetapi sudah menunjukkan tanda-tanda positif. Destry juga menilai, terdapat beberapa sektor yang sudah siap tetapi belum mampu mendukung pertumbuhan kredit.
Sektor-sektor tersebut. yakni industri barang galian bukan logam, industri barang dari logam, industri kayu dan furnitur, industri kertas, serta industri otomotif dan alat angkut lainnya.
Sektor-sektor tersebut, menurut Destry, membutuhkan dorongan ataupun kebijakan agar siap mendukung penyaluran kredit.
Adapun meski kredit berpotensi terakselerasi, ia mengingatkan bahwa masih terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai dan berpotensi menekan pertumbuhan kredit. Salah satunya, penyebaran Covud-19 varian Delta. Kasus baru Covid-19 hingga saat ini masih cukup.
Selain itu, persepsi risiko perbankan yang masih cukup tinggi dan menimbulkan kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit.