Inflasi Kesehatan Tertinggi pada Juli, Harga Obat Naik Sejak Awal 2021

KATADATA
BPS mencatat harga obat dengan resep mengalami inflasi cukup tinggi 0,58% pada bulan lalu.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
3/8/2021, 14.22 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS)  kelompok pengeluaran kesehatan mencatatkan inflasi tertinggi pada Juli mencapai 0,24%. Inflasi di sektor ini terutama didorong kenaikan harga obat dan produk kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19.

"Obat-obatan yang pada Juli ini naik 0,47% trennya sebetulnya sudah terjadi sejak Januari. Ada angka positif atau inflasi bulanan selama tahun 2021." kata Direktur Statistik Harga BPS Nurul Hasanudin kepada Katadata.co.id, Senin (2/8).

Kenaikan harga obat pada bulan lalu terjadi di hampir semua komponen obat-obatan. Inflasi tertinggi terjadi pada jenis jamu dan obat-obatan herbal sebesar 1,82%. Harga obat dengan resep juga terpantau mengalami inflasi cukup tinggi 0,58%, disusul harga obat penurun panas 0,22% dan obat jenis flu 0,30%. Sementara harga obat magg deflasi 0,58%.

Selain itu, Hasan juga mengatakan salah satu jenis obat-obatan yang mengalami inflasi di tengah pandemi yaitu obat batuk. "Obat batuk juga naik dari Januari sampai sekarang harganya selalu naik," kata Hasan.

Rata-rata kenaikan harga jenis obat batuk secara bulanan sepanjang Januari hingga Juli selalu di atas 3% kecuali pada Februari 0,33%. Rata-rata harga obat batuk naik 0,4% pada Januari, 0,33% pada Februari, 0,23% pada Maret, 0,41% pada April, 0,34% pada Mei, 0,49% pada Juni, dan 0,43% pada Juli.

Kendati harga komponen pengeluaran obat-obatan terus naik di tengah lonjakan kasus Covid-19, Hasan mengatakan BPS tidak bisa memastikan kenaikan harga secara khusus terjadi pada jenis obat-obatan Covid-19. Pasalnya, pengelompokan jenis obat-obatan yang disurvei tidak membuat kategori khusus untuk jenis obat ini. 

"Pemantauan harga dalam keranjang inflasi ini tidak termasuk data Covid-19.  Jadi  yang kami pantau memang ada kenaikan pada harga obat dengan resep, tetapi macam-macam, bisa yang terkait langsung maupun tidak terkait langsung dengan Covid-19." ujarnya.

Selain itu, kenaikan IHK pada komponen obat-obatan yang kemudian mengerek inflasi di sektor kesehatan tidak berpengaruh besar terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Pada IHK bulan Juli, sektor kesehatan hanya memiliki andil 0,001% terhadap inflasi umum. Andil ini lebih kecil dibandingkan kelompok makanan, minuman dan tembaku yang memiliki andil 0,04% meski inflasinya lebih kecil 0,15%.

Hasan menjelaskan hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap obat-obatan yang relatif kecil dibandingkan konsumsi terhadap kebutuhan pokok sehari-harinya.

BPS melaporkan tingkat inflasi pada Juli sebesar 0,08% setelah pada bulan lalu deflasi 0,16%. Selain sektor kesehatan, kenaikan IHK terjadi di hampir semua komponen pengeluaran, Namun dua kelompok pengeluaran lainnya masih mencatatkan deflasi, kelompok transportasi sebesar 0,01% dan perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,07%.

Sementara berdasarkan komponen pembentuknya, inflasi pada Juli disumbang oleh komponen harga yang bergejolak 0,14%, komponen inti 0,07% dan harga diatur pemerintah 0,01%.

Reporter: Abdul Azis Said