Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,11% ke level Rp 14.370 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot hari ini.i
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak melemah ke level Rp 14.385 per dolar AS hingga pukul 09.50 WIB. Ini masih melanjutkan pelemahan dari posisi penutupan akhir pekan lalu Rp 14.353 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Kurs garuda melemah bersama dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,07%, dolar Taiwan 0,12%, won Korea Selatan 0,23%, ringgit Malaysia 0,11%. Sementaar yen Jepang menguat 0,03%, bersama peso Filipina 0,11%, rupee India 0,03%, yuan Tiongkok 0,05% dan bath Thailand 0,04%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan kurs rupiah akan bergerak melemah ke level Rp 14.400 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.340. Kekhawatiran pasar terhadap langkah tapering off oleh bank sentral AS sepanjang minggu lalu diramal masih akan berlanjut, terutama setelah pemerintah AS baru saja mengumumkan laporan kondisi ketenagakerjaan yang menunjukkan perbaikan.
"Isu tapering ini didukung oleh data tenaga kerja AS versi pemerintah yang dirilis Jumat malam kemarin, yang lebih bagus dari prediksi. Sementara, selama ini Fed mengungkapkan bahwa situasi pekerjaan yang membaik akan mendukung pengetatan kebijakan moneter ke depan." kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (9/8).
Biro Statistik Departemen Ketenagakerjaan AS pada pengumuman akhir pekan lalu melaporkan terdapat tambahan 943 ribu tenaga kerja baru di sektor non-pertanian sepanjang bulan Juli. Ini merupakan angka tertinggi sejak Agustus tahun lalu dan lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebanyak 845 ribu tenaga kerja baru.
Peningkatan jumlah tenaga kerja baru ini juga mendorong penurunan tingkat pengangguran di AS menjadi 5,4% bulan lalu, melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 5,7%. Tingkat pengangguran periode Juli 2021 juga menjadi yang terendah sejak April tahun lalu yang sempat mencapai rekor tertinggi tingkat pengangguran 14,8%.
Laporan ini makin memperkuat sinyal percepatan tapering off atau pengetatan stimulus yang disampaikan oleh dua pejabat Fed pekan lalu. Wakil Gubernur Fed Richard Clarida dalam sebuah webinar Rabu petang pekan lalu mengatakan, Fed mulai mempertimbangkan periode suku bunga rendah hanya sampai akhir tahun depan. Ini mengindikasikan akan adanya kenaikan suku bunga mulai tahun 2023, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yang akan dilakukan tahun 2024.
Namun, langkah tapering off akan didahului pengurangan pembelian obligasi pemerintah mulai Oktober mendatang apabila sejumlah kondisi terpenuhi. Fed akan mulai mengurangi pembelian obligasi senilai US$ 120 miliar setiap bulan, apabila kondisi ketenagakerjaan AS masih melanjutkan perbaikan dalam dua bulan ini, Agustus hingga September.
"Menurut pendapat saya, itu sebuah kemajuan yang substansial dan saya pikir Anda bisa siap untuk melakukan pengumuman pada bulan September," kata Dewan Gubernur Fed Christopher Waller seperti dikutip dari CNBC awal pekan lalu.
Sementara, Fed dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal akhir bulan lalu mengumumkan tetap menahan suku bungan rendah mendekati nol di kisara 0% dan 0,25%. Selain itu, konomi AS pada kuartal kedua tahun ini juga masih melanjutkan perbaikannya dengan pertumbuhan 6,5% secara tahunan, tertinggi dalam tiga kuartal terakhir.
Di sisi lain, lonjakan kasus Covid-19 varian Delta yang kembali menjangkit banyak negara di dunia juga memberi kekhawatiran pasar terhadap aset berisiko. Langkah antisipasi dapat mendorong pasar untuk beralih ke aset aman dolar AS.
"Pasar masih mewaspadai kenaikan kasus covid-19 di dunia karena varian delta, kekhawatiran ini bisa mendorong pelaku pasar menghindari aset berisiko." kata Ariston.
Berdasarkan data Worldometer, jumlah kasus positif Covid-19 harian yang tercatat pada Minggu (8/9) sebanyak 471,187 kasus positif baru, sehingga total kumulatifnya sejak awal pandemi sudah mencapai 203 juta kasus. Kendati mengalami penurunan dalam beberaap hari terakhir, angkanya masih tinggi dibanding bulan Juni. Sementara kasus kematian harian global sebanyak 7.945 orang, sehingga total kematian hingga kemarin sudah lebih dari 4,3 juta orang.
Lonjakan kasus Covid-19 kembali tinggi di AS sejak awal bulan lalu, sebagian besar dipengaruhi adanya penyebaran varian Delta. Pemerintah AS melaporkan terdapat tambahan 24.390 kasus baru pada Minggu, (8/8), jumlahnya turun tajam dari hari sebelumnya yang hampir mencapai 69 ribu kasus, serta rekor tertinggi dalam sebulan terakhir pada 6 Agustus sebanyak 131 ribu kasus baru.