Penjualan Retail AS Juli Turun 1,1%, Konsumsi Tertekan Lonjakan Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Penurunan penjualan retail terutama terjadi pada kendaraan bermotor dan dealer suku cadang yang mencapai 3,9%.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/8/2021, 09.27 WIB

Penjualan retail Amerika Serikat pada Juli anjlok 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Konsumen AS mulai mengurangi pembelian mereka, seiring kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 varian Delta dan mulai berkurangnya stimulus pemerintah.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat melaporkan, penjualan retail Juli sebesar US$ 617,7 miliar. Kinerja tersebut lebih buruk dari kinerja Juni 2021 yang masih bisa tumbuh positif 0,7% secara bulanan.

Realisasi ini juga berbeda dari survei Dow Jones yang memperkirakan, penjualan retail hanya akan terkontraksi 0,3%. Meski demikian, penjualan retail bulan lalu tercatat tumbuh 15,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

"Meskipun penjualan retail turun pada Juli, prospek belanja konsumen tetap positif, pertumbuhan pengeluaran akan bergeser dari barang ke jasa selama beberapa tahun ke depan, membatasi pertumbuhan di sebagian besar kategori penjualan ritel," kata Kepala Ekonom AS di PNC Gus Faucher, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (17/8).

Penurunan penjualan terutama terjadi pada kendaraan bermotor dan dealer suku cadang yang mencapai 3,9%. Sektor otomotif telah menjadi kontributor utama lonjakan inflasi pada tahun 2021, dengan harga mobil bekas melonjak lebih tinggi di tengah permintaan yang membengkak.

Toko pakaian mengalami penurunan penjualan 2,6%. Begitu juga penjualan barang olahraga, alat musik, dan toko buku turun 1,9%. Penjualan online juga mencatat penurunan 3,1%.

Di sisi lain, beberapa sektor masih berhasil mencatat kenaikan. Penjualan bensin meningkat 2,4% seiring kenaikan harga energi, penjualan makanan dan minuman naik 1,7% di tengah pemulihan di industri restoran. Tempat makan dan minum bahkan mengalami peningkatan penjualan ekstra mencapai 38,4% dari tahun lalu.

Konsumen berkontribusi hampir 70% dari semua aktivitas di AS, sehingga penjualan ritel menjadi salah satu indikator penting yang diawasi pemerintah. Data ini menjadi indikator untuk menentukan apakah perekonomian telah memasuki fase pemulihan atau belum.

Tingkat konsumsi berhasil membantu ekonomi AS pulih lebih cepat untuk bangkit dari resesi. Resesi tahun lalu menjadi yang terpendek dalam sejarah ekonomi AS, yang berlangsung hanya dua bulan dari ketakutan awal virus corona pada Februari 2020 hingga April. 

Otoritas Bank Sentral AS, The Federal Reserve  terus mencermati data ekonomi, salah satunya data terkait konsumi sebagai pertimbangan untuk mengurangi stimulus moneter. Di tengah inflasi yang terus naik melampaui target tahunan 2%, Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja sebelum menarik gas untuk tapering off atau pengetatan stimulus.

Pasar tenaga kerja menunjukkan pemulihan berasarkan data beberapa bulan terakhir. Hal ini semakin memperkuat sinyal tapering off yang tampaknya makin dekat. Sejumlah pejabat Fed beberapa minggu terakhir juga telah memberikan isyarat bank sentral mempertimbangkan kenaikan suku bunga mulai tahun 2023 dan mengurangi pembelian obligasi pemerintah mulai Oktober mendatang.

Pemerintah AS di hari yang sama dengan perilisan data penjualan ritel pada Selasa (17/8) kemarin, juga merilis kinerja produksi industri AS yang naik 0,9%. Ini melampaui perkiraan Dow Jones 0,5%, yang sebagian besar karena kenaikan 11,3% dalam produksi kendaraan.

Reporter: Abdul Azis Said