Dampak Ekonomi Tol Trans Sumatera Ditaksir Bisa Ratusan Triliun Rupiah
PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menyebut pembangunan 11 ruas prioritas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) berpotensi menghasilkan output terhadap perekonomian nasional mencapai Rp 768 triliun. Nilai ini diperhitungan dari masa selesai konstruksi hingga tahap operasional jalan tol hingga tahun 2033.
"Bisa dikatakan multiplier-nya terhadap perekonomian mencapai 1,7 kali," kata Direktur Pembiayaan dan Investasi PT SMI Sylvi J Gani dalam diskusi virtual, Jumat (20/8).
Output dari JTTS yang dihitung SMI mencakup dampak yang dihasilkan dari dua tahap, yakni saat JTTS masih dalam fase konstruksi mencapai Rp 367 triliun danoutput yang diperoleh saat tol beroperasi hingga tahun 2033 Rp 401 triliun. Output tersebut dihasilkan dari stimulus yang digelontorkan mencapai Rp 452 triliun, terdiri dari Rp 195 triliun pada tahap konstruksi dan Rp 257 triliun pada tahap operasional.
Sylvi mengatakan, output tersebut jika dihitung per tahun mencapai sekitar Rp 51 triliun. Nilainya juga setara sekitar 2,2% terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Sumatera tahun 2020.
Ia juga menyebut, Tol Trans Sumatera berpotensi memberi nilai tambah Rp 369 triliun. Ini terdiri atas nilai tambah saat JTTS dalam tahap konstruksi Rp 162 triliun dan saat tol sudah beroperasi hingga 12 tahun ke depan sebesar Rp 207 triliun.
Keberadaan jalan tol ini, menurut dia, juga bakal memberi dampak ekonomi terhadap sektor rumah tangga. Tol Trans Sumatera diperkirakan menyumbang Rp 119 triliun terhadap pendapatan rumah tangga. Selama tahap pembangunan, JTTS memberi tambahan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 57 triliun dan tahap operasional Rp 62 triliun.
SMI juga memperkirakan, Tol Tras Sumatera juga dapat menambah 671 ribu tenaga kerja baru setiap tahun. Ini mencakup penambahan 486 ribu tenaga kerja selama proses konstruksi, serta 185 ribu di tahan operasional. Jumlah tersebut setara 2,4% terhaap tenaga kerja di Sumatera.
Sylvi menjelaskan besarnya output serta serapan tenaga kerja yang diciptakan Tol Trans Sumatera memberi efek positif terhadap sejumlah sektor usaha. Beberapa sektor yang dianggap memperoleh manfaat paling besar dari adanya jalur tol ini antara lain sektor konstruksi, industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian.
PT Hutama Karya (HK) mendapatkan penugasan oleh pemerintah berdasarakn Perpres No 11 tahun 2015 untuk melakukan pembangunan JTTS. Panjang jalan tol yang dibangun sekitar 2.812 km yang membentang dari Lampung hingga Aceh, serta terdiri atas 24 ruas. Hingga saat ini terdapat 531 jalan tol yang sudah beroperasi, sementara 8 ruas sedang dalam konstruksi.
Sementara itu, pemerintah telah menginjeksi perusahaan negara itu dengan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 27,1 triliun sepanjang 2015 hingga 2020 untuk proyek JTTS. PMN kepada HK dalam outlook APBN 2021 diperkirakan sebesar Rp 25,2 triliun.
Sementara dalam RAPBN tahun depan, pemerintah masih akan memberi tambahan pendanaan kepada HK untuk menyelesaikan sejumlah ruas JTTS. Pendanaan ini melalui PMN klaster infrastruktur mencapai Rp 46 triliun, terdiri atas PMN infrastruktur Rp 38,5 dan cadangan pembiayan investasi khusus infrastruktur Rp 7,5 triliun. Kendati demikian, belum ada rincian pasti berapa porsi PMN 2022 yang akan diterima HK tahun depan.