Bank Dunia memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Vietnam tahun ini dari perdiksi sebelumnya akan tumbuh 6,6% menjadi 4,8%. Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan prospek ekonomi Vietnam pada paruh kedua tahun ini akan lebih suram dibandingkan Januari-Juni 2021.
“Apakah ekonomi Vietnam akan pulih pada paruh kedua tahun 2021, akan tergantung pada pengendalian Covid-19 saat ini, peluncuran vaksin yang efektif, dan efisiensi langkah-langkah fiskal untuk mendukung bisnis dan rumah tangga yang terkena dampak, ” kata Rahul Kitchlu, Pejabat Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Vietnam, seperti dikutip dari worldbank.org, Selasa (24/8).
Bank Dunia mencatat lonjakan kasus dalam sebulan terakhir membuat ekonomi Vietnam terpukul meski sempat tumbuh kuat pada paruh pertama tahun ini. Ini terindikasi dari data penjualan ritel yang turun 19,8% secara tahunan, terbesar sejak April 2020.
Selain itu, purchasing managers' indeks (PMI) manufaktur periode yang sama sebesar 45,1%. Kendati naik dari bulan sebelumnya, PMI masih tertahan di fase kontraksi juga masih tertahan di fase kontraksi.
Di sisi eksternal, neraca perdagangan barang Vietnam mencatatkan defisit selama beberapa bulan terakhir. "Tampaknya gangguan di zona industri dan rantai pasokan yang disebabkan oleh lonjakan Covid-19 yang meluas telah memaksa eksportir untuk menutup pabrik sementara atau menunda produksi," kata Rahul.
Meski terancam melambat, Rahul juga mengatakan Vietnam memiliki fundamental ekonomi yang solid. Dia memperkirakan ekonominya bahkan sudah bisa kembali ke level sebelum pandemi mulai tahun depan dengan pertumbuhan diramal 6,5% hingga 7%.
Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi paling tinggi tahun lalu mencapai 2,9% saat mayoritas negara berkembang Asia Timur dan Pasifik lainnya mengalami kontraksi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Vietnam bahkan melampaui Tiongkok sebesar 2,3%. Ini karena penyebaran Covid-19 di negeri naga biru tersebut tidak separah negara Asia lainnya.
Vietnam tidak pernah melaporkan kasus harian lebih dari 100 kasus perhari pada tahun lalu. Namun, tanda-tanda kenaikan kasus mulai terlihat sejak awal Mei. Pada 8 Mei dikonfirmasi 108 kasus baru, lonjakan pertama yang melampaui 100 kasus.
Kenaikan kembali terjadi pada Juli. Vietnam melaporkan kasus harian lebih dari 1.000 kasus untuk pertama kalinya pada 5 Juli. Dalam waktu tiga minggu laporannya menyentuh 10.774 kasus positif harian dan sempat menyentuh rekor tertinggi 16.954 kasus pada 3 Agustus.
Bank Dunia sebelumnya memperkirakan ekonomi Vietnam akan tumbuh paling tinggi tahun ini, terutama di antara negara-negara ASEAN lainnya seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Sementara itu, Bank Dunia belum merilis data terbaru apa pun terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. Pada Juni, Bank Dunia meramalkan perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh 4,4% tahun ini. Proyeksi tersebut dirilis sebelum gelombang varian Delta mendorong pemberlakuan PPKM Darurat dan PPKM Level 1-4 hampir dua bulan terakhir. Ini artinya dalam kondisi sebelum adanya PPKM sekalipun, revisi pertumbuhan ekonomi Vietnam masih lebih tinggi dibandingkan prospek pertumbuhan ekonomi RI tahun ini.
Pada proyeksi bulan Juni lalu, Indonesia juga berada di bawah Malaysia yang diramal akan tumbuh 6,0% dan Filipina 4,7%. Namun masih lebih tinggi dari Thailand 2,2%.
Sejumlah lembaga dunia lain telah merevisi prospek perekonomian RI tahun ini. Bank Pembangunan Asia menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 4,5% di outlook April 2021, menjadi 4,1% di outlook Juli 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) juga menurunkan outlook pertumbuhan PDB tahun ini menjadi 3,9% dari proyeksi bulan April 4,3%.