Jepang diramal dapat kembali menikmati pertumbuhan ekonomi normal atau level sebelum pandemi pada tahun depan. Ini berdasarkan survei yang dibuat Reuters bersama Nikkei Research terhadap ratusan perusahaan pada awal bulan ini.
Hasil survei perusahaan itu menunjukkan bahwa mayoritas responden melihat ekonomi akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada 2022. Sepertiga responden yang mengantisipasi pemulihan mungkin lebih lambat dan baru akan mencapai level normal pada 2023, sedangkan sekitar 16% melihat kembalinya ekonomi ke tingkat pra-pandemi baru akan terjadi pada 2024.
Data pemerintah yang direvisi pekan lalu menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 1,9% pada kuartal kedua tahun ini. Pertumbuhan terutama didukung oleh belanja modal yang solid. Namun, para ekonom mulai khawatir kebangkitan pandemi akan menghambat laju pemulihan di periode Juli-September.
Jajak pendapat terkait prospek ekonomi Jepang itu dilakukan pada 1-10 September dengan meneliti 500 perusahaan besar dan menengah nonkeuangan di Jepang. Kemudian, terdapat sekitar 260 perusahaan yang menanggapi survei tersebut.
Dalam survei tersebut, tiga perempat perusahaan Jepang mengatakan terkena dampak negatif dari pandemi, sedangkan 11% terkena dampak positif. Namun, hampir 60% mengatakan dampak negatif akan hilang pada tahun fiskal 2022. Sekitar 21% lebih optimistis lagi dan mengatakan efek negatifnya bisa hilang tahun ini, dan sisanya mengatakan dampak baru akan menghilang setelah 2022.
Selain itu, setengah dari perusahaan Jepang mengatakan ikut terdampak oleh terhambatnya pasokan chip global. Sekitar 20% mengatakan kekurangan chip telah menyebabkan pemangkasan output dan rencana penjualan mereka tahun ini. Namun, mayoritas dari perusahaan itu optimistis masalah ini bisa terselesaikan pada 2022.
Banyak perusahaan mengatakan perubahan gaya hidup dan perilaku konsumen serta transformasi digital dan dekarbonisasi akan menjadi fokus aktivitas mereka usai pandemi.
Tidak lama setelah rilis hasil survei tersebut, Kementerian Keuangan Jepang juga merilis kinerja ekpsor negeri sakura yang kembali tumbuh dua digit pada Agustus 2021. Ini menandai pertumbuhan dua digital dalam enam bulan berturut-turut yang didorong oleh pengiriman yang kuat untuk chip peralatan manufaktur di tengah lesuhnya ekspor mobil ke AS dan Eropa.
Ekspor bulan lalu tumbuh 26,2% secara year-on-year (yoy). Namun, pertumbuhannya lebih lambat dari 34,0% yang diharapkan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters dan kenaikan 37,0% di bulan sebelumnya.
"Ekspor telah mendorong ekonomi. Skenario pemulihan ekonomi Jepang mungkin goyah jika ekspor tidak tumbuh," kata ekonom senior di Shinkin Central Bank Takumi Tsunoda seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/9).
Namun, momentum pemulihan Jepang yang saat ini tengah berlangsung mungkin akan tertahan. Hal ini terutama lonjakan Covid-19 di sejumlah negara ASEAN terutama Vietnam dan Malaysia yang merupakan hub manufaktur untuk sejumlah perusahaan mobil Jepang.
Kemudian, perdagangan chip global yang masih terhambat juga membuat prospek indsutri mobil yang menjadi tulang punggung ekspor Jepang makin terbebani. Survei Reuters Tankan menunjukkan kepercayaan produsen turun ke level terendah dalam lima bulan terakhir akibat gelombang baru Covid-19.
Jepang menghadapi kerugian ekonomi pada tahun ini akibat melaksanakan Olimpiade Tokyo 2020 tanpa penonton.