Perubahan Iklim Akan Memaksa 260 Juta Orang di Dunia Bermigrasi

ANTARA FOTO/REUTERS/Sergio Morae
Bank Dunia memperkirakan, hampir 40% penduduk dunia yang akan melakukan migrasi hingga tahun 2025 merupakan masyarakat di wilayah Afrika Sub-Sahara. Jumlahnya diperkirakan mencapai 86 juta orang.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
16/9/2021, 16.02 WIB

Bank Dunia memperkirakan, perubahan iklim akan memaksa 216 juta penduduk dunia melakukan migrasi internal dalam tiga dekade ke depan atau hingga 2050. Migrasi besar-besaran terutama akan terjadi di di Afrik sub-Sahara serta Asia Timur dan Pasifik.

Hal ini teruangkap dalam riset terbaru Bank Dunia bertajuk 'Groundswell' yang dirilis pekan ini.

Migrasi internal merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya dalam satu negara. Bank Dunia mencatat, pendorong utama hal ini karena terbatasnya akses mata pencaharian serta hilangnya hunian di daerah yang paling terekspos dampak perubahan iklim.

Dalam hasil riset tersebut hampir 40% penduduk dunia yang akan melakukan migrasi merupakan masyarakat di wilayah Afrika Sub-Sahara yang diperkirakan mencapai 86 juta orang. Disusul Asia Timur dan Pasifik 49 juta, Asia Selatan 40 juta, Afrika Utara 19 juta, Amerika Latin 17 juta serta Eropa Timur dan Asia Tengah 5 juta.

Migrasi internal di kawasan Asia Timur dan Pasifik, terutama terjadi di wilayah pesisir selatan Vietnam di kota Ho Chi Minh City yang merupakan pusat ekonomi negara tersebut. Beberapa daerah lain seperti ibu kota Kamboja Phnom Penh dan kota-kota di sekitar delta sungai Mekong kemungkinan juga akan ditinggalkan penduduknya bermigrasi ke arah utara.

Bank Dunia mencatat kawasan selatan Vietnam juga Kamboja menjadi daerah yang paling rentan tenggelam ketika volume air laut meningkat akibat perubahan iklim. Selain itu, daerah lain seperti Myanmar bagian tengah dan Thailand juga menghadapi ancaman migrasi internal akibat penurunan ketersediaan air dan produktivitas tanaman yang menurun.

“Laporan Groundswell adalah pengingat nyata dari korban manusia dari perubahan iklim, terutama di negara yang termiskin di dunia, padahal mereka yang berkontribusi paling sedikit terhadap penyebab perubahan iklim," kata Wakil Presiden Pembangunan Berkelanjutan Bank Dunia Juergen Voegele dalam keterangan resminya, Senin (13/9).

Voegele mengatakan setiap masalah yang timbul dari perubahan iklim saling berkaitan. Oleh karena itu, dia memperingatkan bahwa tindakan serius perlu segera dan terpadu perlu dilakukan. Langkah mengurangi emisi global dan mendukung pembangunan yang hijau diproyeksikan mampu membantu mengurangi migrasi internal akibat perubahan iklim hingga 80%.

Identifikasi potensi migrasi internal mencakup sejumlah aspek, seperti potensi kelangkaan air, penurunan produktivitas tanaman, kenaikan air laut, serta perubahan kondisi di perkotaan dan pedesaan yang menjadi lebih baik. Poin terakhir ini mencakup juga alasan atas kebutuhan pekerjaan.

Laporan 'Groundswell' bank dunia semula hanya memasukkan tiga kawasan rentan yakni Afrika Sub-Sahar, Asia Selatan dan Amerika Latin. Namun pada terbitan terbaru tahun ini, ada tiga kawasan baru yang ditambah, yakni Asia Timur dan Pasifik, Afrika Utara, serta Eropa Timur dan Asia Tengah.

Dari laporan tersebut, Bank Dunia menyarankan empat kebijakan yang dinilai dapat membantu memperlambat arus migrasi internal, antara lain.

  1. Mengurangi emisi global dan melakukan segala upaya untuk memenuhi Kesepakatan Paris 2015.
  2. Memasukkan faktor migrasi internal akibat perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan hijau.
  3. Mempersiapkan setiap fase migrasi, sehingga migrasi iklim internal sebagai strategi adaptasi dapat menyumbang hasil pembangunan yang positif
  4. Berinvestasi dalam pemahaman yang lebih baik tentang pendorong migrasi iklim internal untuk menginformasikan kebijakan yang tepat sasaran.
Reporter: Abdul Azis Said