Bahlil Pernah Ungkit Lobi-lobi Skor Kemudahan Usaha RI oleh Bank Dunia
Bank Dunia dikabarkan membatalkan laporan Kemudahan Berusaha atau Easy of Doing Bussiness (EoDB) pada tahun ini menyusul skandal manipulasi peringkat yang dilakukan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasionasl (IMF) pada laporan 2018. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadilala pernah mengungkit masalah lobi-lobi yang harus dilakukan pemerintah terkait peringkat daya saing tersebut.
Hal ini disampaikan Bahlil saat rapat kerja dengan komisi VI DPR RI pada Senin (30/8). Bahlil dalam rapat tersebut menjelaskan, Indonesia menargetkan naik peringkat dari posisi 73 pada 2019 ke posisi 60 pada tahun ini.
“Insya Allah, kami targetkan ada di peringkat 60 tahun ini. Kami diberikan target harus masuk peringkat 40. Ini tergantung lobi-lobi, lobi-lobi setengah kamar yang tidak ada dalam undang-undang,” ujar Bahlil pada akhir bulan lalu.
Bahlil menjelaskan, peringkat EODB yang belum berubah dari posisi ke-73 sejak 2019 bukan kesalahan Indonesia. Menurut dia, Bank Dunia tidak mengeluarkan laporan EODB pada tahun lalu.
Sementara saat diminta pendapat terkait skandal manipulasi laporan EODB yang tengah menyeruak, Bahlil menilai, hal ini kemungkinan akan menjadi evaluasi kedua lembaga multilateral paling berpengaruh di dunia tersebut.
“Institusi yang kita agung-agungkan itu ya ternyata begitu deh. Ini akan menjadi lompat indahnya akibat cara-cara yang sebelumnya dilakukan, mereka pasti akan melakukan audit dan memperbaiki metodenya,” ujar Bahlil, Jumat (17/9).
Di luar skandal yang tengah membelit Bank Dunia, Bahlil menekankan daya saing Indonesia semakin membaik. Hal ini terutama karena hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja.
“Dengan Undang-Undang Cipta Kerja, Indonesia semakin kompetitif dalam konteks mengurus izin ataupun investasi,” katanya.
Bank Dunia dikabarkan membatalkan laporan Kemudahan Berusaha atau Doing Bussiness menyusul skandal yang menyeret Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Georgieva saat menjabat di Bank Dunia dikabarkan menekan stafnya untuk mengubah laporan sehingga menaikkan peringkat bisnis Tiongkok pada 2018.
Temuan tersebut berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh firma hukum WilmerHale atas permintaan komite etika Bank Dunia. Temuan ini mempertanyakan keterlibatan Georgieva selama posisinya di Bank Dunia yang dianggap mengakomodasi kepentingan Tiongkok.
Bank Dunia merilis hasil investigasi tersebut pada Kamis (16/9) dengan kesimpulan bahwa Presiden World Bank Jim Kim dan Georgieva - yang saat itu menjabat CEO Bank Dunia - diduga menekan para ekonom untuk meningkatkan peringkat Cina pada 2018. Ada juga tuduhan bahwa laporan 2020 dimanipulasi untuk meningkatkan peringkat Arab Saudi.
Dilansir dari v manipulasi dilakukan setelah Kim membahas peringkat dengan para pejabat Cina yang merasa kecewa dengan peringkat negara tersebut. Ia khawatir kekecewaan itu akan mempengaruhi peningkatan modal dari Cina.
Mereka diduga memanipulasi untuk meningkatkan peringkat Cina pada 2018 sebanyak tujuh peringkat menjadi 78, seperti pada 2017.