RI Sudah Mampu Produksi 16 Jenis Alat Kesehatan Konsumsi Terbesar

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Pekerja mengecek masker bedah yang diproduksi di PT Univenus Cikupa, Cikupa, Tangerang, Banten. Pemerintah mencatat Indonesia telah mampu memproduksi 16 jenis alat kesehatan dengan konsumsi terbesar.
Penulis: Agustiyanti
18/9/2021, 08.41 WIB

Pemerintah tengah mendorong industri alat kesehatan untuk menciptakan ketahanan dan kemandirian di sektor tersebut, terutama di tengah upaya menghadapi pandemi Covid-19. Hingga saat ini, Indonesia telah mampu memproduksi 16 dari 19 jenis alat kesehatan di dalam negeri.

“Dari 19 alat kesehatan, 16 sudah mampu diproduksi dalam negeri walaupun bahan baku tetap melalui impor, sedangkan tiga lainnya masih diimpor,” ujar Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Sodikin Sadek dałam siaran pers, Jumat (17/9). 

Ia menjelaskan, pemerintah tengah berupaya mendorong industri alat kesehatan. Salah satu yang dilakukan, yakni melalui pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang yang memproduksi alkes. 

Adapun dalam enam tahun terakhir hingga Juli 2021, menurut Sodikin, ada 518 perusahaan baru di sektor alat kesehatan. Pada tahun ini, menurut dia, terdapat investasi dalam negeri sebesar Rp 209 miliar dan investasi asing Rp 232 miliar di sektor kesehatan. 

Asisten Deputi Investasi Strategis, Bimo Wijayanto mengatakan, potensi investasi dari perusahaan lokal setara dengan perusahaan asing dalam industri alat kesehatan jika penyertaan modal lokal dalam JV (joint venture) dihitung. “Potensi investasi perusahaan lokal dapat lebih besar,” katanya. 

Dia memastikan pemerintah akan secara aktif memfasilitasi komunikasi dengan berbagai pihak untuk menghilangkan berbagai hambatan atas permasalahan yang dihadapi. 

“Investasi yang sudah berjalan di Indonesia juga perlu diperhatikan, misal dengan fasilitasi/pendampingan dalam mencari sumber pendanaan dan strategi partner untuk pengembangan bisnis,” tambahnya. 

Ia juga menjelaskan, terdapat 79 jenis dari total 358 jenis alkes produksi dalam negeri yang sudah dapat menggantikan produk-produk impor di e-katalog LKPP. Indonesia tengah mendorong kemandirian di sektor ini. 

Adapun untuk menarik investasi pada sektor alkes, pemerintah berupaya membangun KIT Batang yang rencananya akan dibangun sektor tersebut. Kawasan ini memiliki luas lahan sebesar 4.300Ha. 

Kemenko Marves beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke KIT Batang pada Jumat, 17-9-2021. Kawasan ini merupakan kawasan industri prakarsa pemerintah yang dibangun untuk menangkap peluang momentum relokasi investasi asing termasuk PSN yang berdasarkan Perpres No. 109 Tahun 2020. Proyek ini fokus pada industri otomotif, tekstil, kimia, logistik, ICT, dan teknologi tinggi. 

Pemerintah mencatat realisasi investasi pada tabun lalu mencapai Rp 826,3 T atau 101,1% dari target. Sementara realisasi investasi pada semester pertama tahun ini mencapai Rp 442,8 T atau sebesar 49% dari target.