Rupiah Loyo ke 14.260/US$ Tertekan Kekhawatiran Lonjakan Inflasi AS

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Rupiah diperkirakan melemah di level Rp 14.200-14.300.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
10/11/2021, 10.03 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,1% ke level Rp 14.263 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah diperkirakan melemah seiring melemahnya bursa saham global di tengah kekhawatiran terhadap rilis data inflasi AS dan Cina.

Mengutip Bloomberg, rupiah sempat berbalik menguat di level Rp 14.260 per pada pukul 10.00 WIB dari posisi pembukaan. Namun, posisi tersebut masih melemah dibandingkan posisi penutupan kemarin di Rp 14.250 per dolar AS. 

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Pelemahan pada yen Jepang 0,03%, won Korea Selatan 0,35%, peso Filipina 0,05%, rupee India 0,01%, yuan Cina 0,02% dan bath Thailand 0,04%. Dolar Hong Kong menguat 0,02% bersama dolar Singapura 0,01%, dolar Taiwan 0,03%, sedangkan ringgit Malaysia stagnan.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah di level Rp 14.200-14.300 per dolar AS. Nilai tukar akan kesulitan mempertahankan penguatan di tengah memburuknya sentimen aset berisiko.

"Pelaku pasar terlihat menarik diri dari aset berisiko pagi ini, sehingga rupiah sulit untuk menguat," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (10/11).

Mayoritas indeks saham utama Asia terpantau melemah pagi ini. Nikkei 225 Jepang dan Nifty 50 India terkoreksi 0,13%, Shanghai SE Composite Cina dan Hang Seng Hong Kong melemah 0,37%, Kospi Korea Selatan 0,83% dan Strait Times Singapura 0,57%.

Indeks saham utama AS dan Eropa juga ditutup melemah pada perdagangan semalam. Dow Jones Industrial melemah 0,31%, S&P 500 juga terkoreksi 0,35% dan Nasdaq Composite anjlok 0,60%. Pelemahan di Eropa terutama di indeks FTSE 100 Inggris 0,30%, Dax Jerman 0,04% dan CAC 40 Perancis 0,06%.

Ariston mengatakan, tekanan inflasi kembali menjadi kekhawatiran pasar. Inflasi yang tinggi masih akan membayangi pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara. Sentimen ini juga yang mendorong investor keluar dari aset berisiko.

"Pasar akan wait and see menunggu data inflasi dari dua negara dengan perekonomian terbesar dunia, Amerika Serikat dan Cina yang akan dirilis hari ini," kata Ariston.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Sepetember mencatatkan inflasi bulanan sebesar 0,4%, di atas perkirakan Dow Jones 0,3%. Inflasi tahunan juga tercatat sebesar 5,4%, juga di atas ekspektasi 5,3%. Kenaikan harga-harga tahunan tercatat sebagai yang tertinggi sejak Januari 1991.

Kenaikan IHK September terutama dipengaruhi lonjakan pada harga bahan makanan yang naik 0,9% secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,4%. Kenaikan tertinggi dari harga daging yang mencatat inflasi bulanan 3,3% dan secara tahunan mencapai 12,6%.

Dari dalam negeri, Ariston melihat kondisi ekonomi yang membaik dapat menjadi sentimen yang menahan pelemahan tidak terlalu dalam. Pandemi Covid-19 yang semakin terkendali mendorong pemerintah terus melonggarkan kebijakan PPKM. Hal ini dapat mendorong perbaikan yang lebih lanjut pada perekonomian di sisa dua bulan tahun ini.

Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan tekanan global, terutama inflasi di AS akan menjadi perhatian utama pasar. Rupiah diramal akan bergerak di kisaran Rp 14.205 hingga Rp 14.286 per dolar AS.

"Sementara dari dalam negeri pergerakan Rupiah akan dipengaruhi oleh meningkatnya keyakinan terhadap prospek Indonesia pada Q421 seiring membaiknya berbagai data ekonomi," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen berhasil lompat ke posisi 113,4 pada Oktober 2021. Ini menunjukkan konsumen semakin optimistis dengan perekonomian domestik. IKK Oktober tercatat sebagai yang tertinggi dalam 19 bulan terakhir, atau sejak Maret tahun lalu yang mencatat IKK 113,8 poin.

Reporter: Abdul Azis Said