Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor komoditas tambang pada Oktober 2021 masih menjanjikan seiring kenaikan harga sejumlah komoditas pada bulan lalu. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, kinerja ekspor pertambangan dan lainnya tumbuh 20,11% dibandingkan September bahkan 190,57% dibandingkan Oktober 2021.
Margo menjelaskan, kinerja sektor ini mencatatkan pertumbuhan bulanan maupun secara tahunan tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Ekspor sektor pertambangan dan lainnya ini menyumbang 20,56% dari total ekspor bulan lalu yang mencapai US$ 22,03 miliar.
"Secara tahunan, sektor pertambangan dan lainnya yang mencatat pertumbuhan paling tinggi di tiga komoditas, yaitu batu bara tumbuh 198,76%, lignit tumbuhnya 678,95% dan biji tembaga 55,72%," kata Margo dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11).
Selain batu bara, lignit sejak beberapa bulan sebelumnya juga terus mencatatkan kenaikan ekspor dan merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor sektor pertambangan. Ekspor lignit pada bulan sebelumnya bahkan melonjak sampai 904,91% secara tahunan.
Ketiga komoditas tersebut juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor batu bara tumbuh 21,39%, lignit 59,21%, dan biji logam lainnya 185,95%.
Margo juga menjelaskan, ekspor komoditas pertambangan secara kumulatif pada Januari-Oktober 2021 mencapai US$ 29,3 miliar, naik 87,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan kinerja ini, maka sektor pertambangan menyumbang 15,72% dari total ekspor selama periode tersebut.
Ia menjelaskan, kenaikan ekspor pertambangan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas sepanjang bulan lalu. Sejumlah komoditas nonmigas mencatat kenaikan harga, salah satunya batu bara yang naik 27,58% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Meningkatnya berbagai komoditas baik migas dan nonmigas tentu akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor impor termasuk neraca dagang," kata Margo.
Dengan kinerja tersebut, BPS mencatat nilai ekspor bulan lalu US$ 22,03 miliar, naik 6,89% dibandingkan bulan sebelumnya atau 53,35% dibandingkan Oktober tahun lalu.
BPS juga mencatat kinerja impor naik 0,36% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 16,29 miliar. Secara tahunan impor naik 51,06%.
Kenaikan impor yang lebih kecil dibandingkan ekspor, maka neraca dagang bulan lalu kembali mencetak surplus besar mencapai US% 5,73 miliar. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah bulan capain sebelumnya pada Agustus sebesar US$ 4,7 miliar.