Bunga Deposito Turun, Simpanan Bank Tetap Menggunung Rp 7 Ribu Triliun
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan tingkat suku bunga simpanan kembali turun pada Oktober di tengah kondisi likuditas perbankan yang masih longgar. Namun, penurunan suku bunga berjalan lebih lambat.
Penurunan suku bunga tersebut sesuai prediksi LPS bahwa bunga deposito masih akan menghadapi tren penurunan ke depannya.
LPS mencatat, rata-rata tingkat bunga deposito rupiah (22 moving daily average) bank benchmark LPS pada akhir Oktober turun 8 basis poin (bps) menjadi 3,14% dari akhir bulan sebelumnya.
Penurunan juga diikuti suku bunga minimum sebesar 6 bps menjadi 2,55%. Suku bunga maksimum turun 10 bps ke level 3,72%.
Rata-rata suku bunga valuta asing (valas) pada Oktober turun sebesar 2 bps menjadi 0,2%. Suku bunga minimum dan maksimum valas juga turun masing-masing 1 bps ke level 0,16% dan 0,25%.
"Tren penurunan suku bunga simpanan diperkirakan masih akan berlanjut lebih lambat pada akhir kuartal IV 2021, sejalan dengan kondisi likuiditas yang tetap longgar, pertumbuhan permintaan kredit yang mulai meningkat dan kebutuhan perbaikan pembukuan di akhir tahun," tulis dalam Laporan Likuiditas Bulanan LPS seperti dikutip pada Senin (22/11).
LPS juga melihat sebagian besar bank masih dalam tahap penyesuaian suku bunga simpanan merespon tingkat bunga penjaminan yang turun pada periode September.
Bank-bank diperkirakan masih akan menyesuaikan suku bunga dalam upaya menjaga spread net interest margin dan menjada level kompetisi dengan peer groupnya.
Sekalipun bunga deposito terus turun, LPS mencatat simpanan di perbankan terus naik.
Berdasarkan data hingga akhir September 2021, simpanan di perbankan sebesar Rp 7.224 triliun, tumbuh 7,5% secara tahunan.
Pertumbuhan tertinggi pada simpanan dengan tier di atas Rp 5 miliar yang naik sebesar 10,7%.
Tier lainnya juga tumbuh tetapi lebih rendah. Kelompok simpanan Rp 100 juta ke bawah tumbuh 3,2%, ini merupakan kinerja paling lemah dibandingkan tier simpanan lainnya.
Kemudian dana kelompok simpanan di atas Rp 100 juta hingga Rp 200 juta tumbuh 5,9%. Dana kelompok simpanan di atas Rp 200 juta hingga Rp 500 juta naik 5,3%.
Simpanan di atas Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar tumbuh 4,1%. Simpanan bernilai lebih dari Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar naik 4%, lalu simpanan di atas Rp 2 miliar-Rp 5 miliar kenaikannya 4,5%.
Pada periode yang sama, LPS juga memangkas tingkat bunga penjaminan untuk rupiah dan valas masing-masing sebesar 50 bps dan 25 bps.
Ini merupakan tingkat bunga penjaminan terendah sepanjang sejarah, menyusul penurunan lebih dulu pada bunga acuan bank sentral.
Tingkat bunga penjaminan rupiah di bank umum dan BPR turun dari masing-masing 4% dan 6,5% menjadi 3,5% dan 6,5%.
Sementara itu, tingkat bunga valas turun 25 bps menjadi 0,25%. Bunga penjaminan ini berlaku untuk periode 30 september 2021-28 Januari 2022.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, penurunan tingkat bunga penjaminan LPS diharapkan berkontribusi terhadap perbaikan fungsi intermediasi perbankan.
Hal ini sebagaimana hasil riset yang diperoleh dari lomba yang digelar LPS belum lama ini.
"Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa penurun tingkat bunga penjaminan LPS membantu meningkatkan pertumbuhan kredit perbankan," kata Purbaya dalam Konferensi Persnya kepada media akhir September lalu.
Ia menjelaskan, hasil riset menunjukkan bahwa penurunan bunga penjaminan LPS sebesar 1% meningkatkan penyaluran kredit di kisaran 0,12% sampai 0,14%.
Penurunan bunga penjaminan LPS, menurut Purbaya, dapat membantu transmisi moneter dari kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang saat ini ditahan rendah di level 3,5%.
Berdasarkan pemantauan September, LPS melihat penyaluran kredit perbankan tumbuh 2,21% secara tahunan. Kinerjanya terus naik sejak Maret lalu.
Sementara laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga mulai turun menjadi 7,69% secara tahunan. Selain itu, kondisi likuiditas perbankan juga dinilai masih cukup longgar dengan rasio AL/NCD di level 152,8%.
"Penyaluran kredit diproyeksikan akan melanjutkan pemulihan secara bertahap dalam beberapa bulan ke depan sejalan dengan pembukaan berbagai aktivitas ekonomi," tulis laporan LPS.