Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi bulan November sebesar 0,34% secara bulanan atau month-to-month (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara tahun kalender diperkirakan 1,27%, sedangkan inflasi tahunan sebesar 1,72%.
"Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu keempat bulan November, perkembangan harga bulan ini tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,34% secara mtm," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (26/11).
Adapun komoditas yang diperkirakan mencatatkan inflasi tertinggi yakni pada telur ayam ras sebesar 0,1% mtm, minyak goreng 0,08%; cabai merah 0,06%; emas perhiasan 0,02%; serta sawi hijau, bayam, daging ayam ras, sabun detergen bubuk, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing 0,01%.
Berdasarkan data infopangan.jakarta.go.id, harga telur ayam ras hari ini Rp 24.309 per kilogram (kg), naik 29% dalam sebulan. Kendati demikian kenaikan sebetulnya baru terjadi pada dua pekan pertama bulan ini, kemudian berangsur turun pada pekan ketiga tetapi realtif masih lebih tinggi dibandingkan Oktober.
Harga minyak goreng juga melonjak 16% dari bulan lalu menjadi Rp 19.133 per kg, disusul kenaikan semua jenis cabai merah. Harga cabai merah besar melesat 22% menjadi Rp 46.727 per kg. Begitu juga cabai merah keriting yang melompat 31% menjadi Rp 47.362 per kg.
Di sisi lain, survei BI tersebut juga memperkirakan beberapa komoditas mencatat penurunan harga terutama bawang merah dan tomat yang deflasi 0,02%. Harga bawang merah turun 9% dari bulan lalu menjadi Rp 27.957 per kg. Begitu juga harga tomat buah yang jatuh 19% menjadi Rp 11.713 per kg.
Inflasi diperkirakan akan semakin kuat menuju akhir tahun. Tanda-tanda kenaikan inflasi mulai terlihat setelah harga-harga naik di Oktober dengan inflasi 0,12% secara bulanan. Ini merupakan pembalikan setelah bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,04%.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober sebesar 0,12% secara bulanan, inflasi tahun kalender 0,93% dan inflasi 1,66% secara tahunan. Simak databoks berikut:
Inflasi terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran. Kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi sebesar 0,33%, dengan andil 0,04% terhadap pembentukan inflasi Oktober 2021. Penyebab utama inflasi pada kelompok ini yaitu kenaikan pada harga tiket pesawat.
Selain itu, inflasi tinggi juga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,10% dan memberi andil 0,03%. Inflasi terutama disumbangkan oleh kenaikan harga cabai merah dan minyak goreng dengan andil 0,05% terhadap inflasi kelompok tersebut.
Berdasarkan komponennya, inflasi pada harga bergejolak sebesar 0,07% dengan andil 0,01%. Komponen harga diatur pemerintah tercatat inflasi 0,33% dengan andil 0,06%. Sedangkan komponen inti tercatat inflasi 0,07% dengan andil 0,05%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mulai mengantisipasi kenaikan inflasi menjelang akhir tahun. Ini merupakan periode musiman dimana konsumsi masyarakat biasanya meningkat menyambut perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Kita harus melihat seluruh komponen inflasi apakah ada potensi kenaikan pada saat pemulihan ekonomi sisi permintan akan mengalami kenaikan, menjelang akhir tahun dan juga karena Covid-19 yang terkendali," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA edisi November, Kamis (25/11)