Fed Bakal Percepat Tapering Off, Rupiah Diramal Melemah Rp 14.380/US$

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta.
Penulis: Abdul Azis Said
9/12/2021, 10.06 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,27% ke level Rp 14.318 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal berbalik melemah di tengah penantian pasar terhadap rapat Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), pekan depan yang diperkirakan bakal memulai percepatan tapering off.

Mengutip Bloomberg, setelah dibuka menguat, rupiah melemah ke arah Rp 14.331 pada pukul 09.20 WIB, walau belum menyentuh posisi penutupan kemarin di level Rp 14.357.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Dolar Taiwan menguat 0,18%, won Korea Selatan 0,15%, peso Filipina 0,11%, ringgit Malaysia 0,17% dan bath Thailand 0,25%. Sedangkan pelemahan terjadi pada yuan Cina 0,03%, rupee India 0,02%, yen Jepang 0,08%, dolar Hong Kong 0,01% dan dolar Singapura 0,04%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bergerak melemah ke arah Rp 14.380 per dolar AS, dengan potensi penguatan di level Rp 14.320. Pasar masih menantikan pertemuan pembuat kebijakan bank sentral AS pekan depan yang diperkirakan bisa mempercepat tapering off.

"Pasar mungkin akan memperhatikan kenaikan kembali yield obligasi pemerintah AS. Kenaikan yield ini mungkin sebagai antisipasi pasar terhadap wacana percepatan tapering yang akan diumumkan pada rapat kebijakan Bank Sentral AS minggu depan," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (9/12).

Dia mengatakan kenaikan yield sering kali searah dengan penguatan indeks dolar AS, dengan kata lain pelemahan terhadap rupiah. Mengutip treasury.gov, tingkat yield US Treasury acuan tenor 10 tahun kembali naik ke 1,52% pada perdagangan kemarin (8/12). Ini merupakan yield tertinggi setelah sepekan terakhir tertahan di kisaran 1,4%.

Yield untuk obligasi AS bertenor panjang kompak naik. Yield US Treaisry tenor 20 tahun naik menjadi 1,93% setelah sempat turun ke 1,77% pekan lalu. Yield tenor 30 tahun juga naik menjadi 1,87% setelah sempat menyentuh 1,69% pekan sebelumnya.

Kenaikan yield US Treasury yang juga diikuti penguatan dolar didorong kekhawatiran pasar bahwa Fed kemungkinan akan sepakat untuk mempercepat tapering off. Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya telah mengatakan akan membahas rencana ini dalam pertemuan pembuat kebijakan pekan depan.

Fed memulai tapering off berupa pengurangan quantitative easing sejak akhir bulan lalu. Kendati demikian, kekhawatiran terhadap inflasi yang memanas mendorong banyak pejabat pembuat kebijakan Fed yang menyerukan untuk mengambil langkah pengetatan moneter yang lebih agresif.

Fed diminta untuk menggandakan pengurangan quantitative easingnya sehingga tapering off bisa diakhiri lebih awal. Ini sekaligus membuka peluang bagi Fed menaikkan suku bunga acuannya di paruh kedua tahun depan.

Berbeda dari Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto memperkirakan rupiah bisa bergerak menguat di kisaran Rp 14.315 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di Rp 14.372. Ia mengatakan mulai kemarin sejumlah sentimen positif sudah mulai mewarnai pergerakan nilai tukar, baik dari global maupun domestik.

"Dari sisi global kekhawatiran akan penyebaran Covid-19 varian Omicron mulai mereda," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Kekhawatiran terhadap penyebaran Omicron sempat meningkat terutama di akhir pekan lalu. Kendati demikian tekanan tersebut mulai mereda settelah sejumlah laporan mengklaim bahwa varian baru Covid-19 ini memiliki gejala ringan.

Namun beberapa juga memperingatkan bahwa sekalipun bergejalan ringan, tetapi laju penyebarannya bisa lebih cepat dibandingkan varian Covid-19 lainnya. Simak databoks berikut:

Dari dalam negeri, Rully mengatakan kenaikan cadangan devisa bulan lalu memberi sentimen positif ke nilai tukar. Bank Indonesia mencatat cadangan devisa November mencapai US$ 145,9 miliar, naik dari US$ 145,5 miliar di bulan sebelumnya.

"Kenaikan cadangan devisa sepanjang bulan lalu ini menambah kepercayaan terhadap stabilitas dan membaiknya prospek ekonomi di dalam negeri," kata Rully.

Ini terlihat dari investor asing yang mulai kembali masuk ke pasar saham. Rully mengatakan sepanjang perdagangan kemarin terdapat net inflow di pasar saham sebesar Rp 2,5 triliun.

Reporter: Abdul Azis Said