G20 Bahas Kesiapan Dunia Hadapi Pandemi, Butuh Dana Rp 215 T per Tahun

Antara/Aprillio Akbar
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengharapkan Indonesia nantinya dapat menjadi hub untuk produsen vaksin dunia seperti Amerika, Cina dan India.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
9/12/2021, 18.45 WIB

Pertemuan negara-negara anggota G20 dalam Presidensi Indonesia akan kembali membahas persiapan dunia menghadapi pandemi di masa mendatang. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, anggaran yang dibutuhkan dunia untuk memprsiapkan diri menghadapi pandemi mencapai US$ 15 miliar atau Rp 215 triliun (kurs Rp 14.385 per dolar AS) per tahun.

"Berdasarkan estimasi dari panel independen yang dibentuk saat presidensi G20 Italia, kebutuhan dunia untuk dapat menciptakan kesiapan dari pandemi ke depan estimasinya sekitar US$ 15 milair per tahun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers usai pertemuan hari pertama G20 jalur Keuangan di Bali, Kamis (9/12)

Dia mengatakan, pembahasan terkait persiapan pandemi di masa depan ini dimulai sejak Presidensi G20 Italia tahun ini. Pada pertemuan awal Januari lalu, pertemuan para Menteri Keuangan dan Bank Sentral dunia sepakat membentuk High Level Independent Panel (HLIP) untuk pembiayaan persiapan dan respons pandemi masa depan.

Panel ini akan bertugas untuk mengidentfikasi pembiayaan untuk persiapan pandemi di masa mendatang sekaligus menyiapkan berbagai solusi-solusi untuk tujuan ini. Keanggotannya terdiri atas tiga orang,  yakni Mantan Wakil Perdana Menteri Singapura Tharman Shanmugaratnam, Mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers, serta Mantan Menteri Keuangan dan Menteri Luar Negeri Nigeri Ngozi Okonjo-Iweala.

Panel independen ini nantinya akan berkoordinasi dengan berbagai lembaga serupa yang juga sudah dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (IPPR).

Sri Mulyani mengatakan anggaran US$ 15 miliar per tahun untuk pencegahan pandemi di masa mendatang dipakai untuk sejumlah kebutuhan. Dana ini terutama untuk membangun sistem kesehatan yang lebih handal khususnya di negara berkembang dan miskin.

"Karena kalau dikasih vaksin pun mereka (negara berkembang dan miskin) belum tentu bisa melakukan vaksinasi, karena seperti sekarang, sudah ada vaksin tapi karena distribusinya dan lain-lain yang terhambat, ini menunjukkan sistem kesehatannya belum siap," kata dia.

Keberadaan panel pencegahan pandemi di masa depan ini dinilai bakal ikut menguntungkan Indonesia. Menurutnya sistem kesehatan di dalam negeri juga masih perlu diperkuat, dengan demikian ketika terjadi pandemi bisa dicegah lebih dini.

Di samping itu, pendanaan untuk persiapan menghadapi pandemi ini juga termasuk untuk pengembangan vaksin yang lebih merata. Dengan demikian vaksin bisa ditemukan dengan cepat saat pandemi melanda.

Melalui penguatan ini, Sri Mulyani mengharapkan agar Indonesia nantinya dapat menjadi hub untuk produsen vaksin dunia seperti Amerika, Cina dan India. 

"Ini yang akan dibahas dalam task force, dimana pembahasan ini juga terkait peranan WHO yang akan diperkuat dan Bank Dunia sebagai institusi yang punya resources untuk bisa membantu negara miskin membangun sistem kesehatan dan produksi vaksinas," kata Sri Mulyani.

Reporter: Abdul Azis Said

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.