Pemerintah Bayar Pinjaman, Utang Luar Negeri Turun Jadi Rp 6.058 T

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. BI mencatat ULN pada Oktober sebesar US$ 422,3 miliar atau setara Rp 6.058 triliun.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
14/12/2021, 12.01 WIB

Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia turun pada Oktober seiring adanya pembayaran utang pemerintah yang jatuh tempo pada periode tersebut. Total ULN Indonesia berkurang US$ 1,46 miliar atau Rp 21 triliun (kurs Rp 14.347 per dolar AS) pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya.

BI mencatat ULN pada Oktober sebesar US$ 422,3 miliar atau setara Rp 6.058 triliun. Meski turun dibandingkan bulan sebelumnya, posisi ULN ini naik 2,2 dibandingkan perode yang sama tahun lalu. 

Penurunan utang luar negeri terjadi terutama pada utang pemerintah  sebesar US$ 674 juta dalam sebulan menjadi US$ 204,9 miliar atau setara Rp 2.939 triliun pada Oktober 2021. Namun, utang pemerintah secara tahunan masih tumbuh 2,5%, meski melambat dari pertumbuhan 4,1% pada bulan sebelumnya.

"Penurunan posisi ULN tersebut terjadi seiring dengan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman yang jatuh tempo di bulan Oktober 2021," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Selasa (14/12).

Erwin mengatakan, penarikan ULN pemerintah pada Oktober masih difokuskan untuk membiayai sejumlah kebutuhan prioritas, seperti belanja untuk sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 17,9% dari total ULN Pemerintah. Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 17,3%, sektor jasa pendidikan 16,5%, sektor konstruksi 15,5%, dan sektor jasa keuangan dan asuransi 12%.

Sementara itu, tidak ada perubahan dari sisi ULN yang dipegang oleh bank sentral yakni US$ 9,1 miliar atau setara Rp 130 triliun. Adapun dari sisi sektor swasta, posisi ULN juga tercatat turun sebesar US$ 788 juta dalam sebulan menjadi US$ 208,4 miliar atau setara Rp 2.989 triliun. Sedangkan secara tahunan, ULN swasta terkontraski 1% setelah bulan sebelumnya masih tumbuh 0,4%.

"Kontraksi utang swasta tersebut disebabkan oleh perkembangan ULN lembaga keuangan yang terkontraksi 5,8% secara tahunan, lebih dalam dari kontraksi 2,7% pada September 2021. Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan tumbuh melambat sebesar 0,3% dari 1,3% pada bulan sebelumnya," kata Erwin.

Dia mengatakan, sebagian besar utang swasta tersebut mengalir ke sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas dan uap/air panas, sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian. Keempat sektor tersebut berkontribusi 76,8% dari total ULN swasta bulan Oktober.

Seiring penurunan nilai utang luar negeri Indonesia, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga turun dari 37% pada September menjadi 36,1% pada Oktober. Posisi rasio ULN menunjukkan kondisi utang yang masih sehat.

"Struktur ULN Indonesia yang sehat juga ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,3% dari total ULN," kata Erwin.

Erwin merincikan, ULN swasta yang berstatus utang jangka panjang mencakup 76,3%. Sementara itu, 99,9% dari total ULN yang dimiliki pemerintah berstatus jangka panjang.

Reporter: Abdul Azis Said