Ekspor RI Cetak Rekor Lagi pada November US$ 22,8 M, Ditopang Migas

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz
BPS mencatat ekspor ke Cina pada bulan lalu turun paling dalam mencapai US$ 515,1 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/12/2021, 11.48 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada November mencapai US$ 22,84 miliar, naik 3,69% dibandingkan bulan lalu atau melesat 49,7% dibandingkan November 2020. Kinerja ekspor ini kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yang dicatatkan pada Oktober lalu meski kinerja ekspor ke Cina mencatatkan penurunan.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, ekspor migas mencapai US$ 1,33 miliar, melonjak 29,95% secara bulanan atau 74,8% secara tahunan. Sedangkan ekspor nonmigas naik 2,4% secara bulanan atau 48,38% secara tahunan mencapai US$ 21,51 miliar. 

“Kinerja ekspor secara total selalu berada di atas tahun 2019 dan 2020. Harapannya, ekspor akan terus meningkat sehingga mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ujar Margo dalam konferensi pers, Rabu (14/12). 

Ekspor pada November berhasil meningkat meski kinerja ekspor ke Cina mencatatkan penurunan. Margo menjelaskan, 

"Komoditas ekspor ke Cina yang turun cukup besar  adalah besi dan baja, diikuti bahan bakar mineral," katanya. 

Penurunan ekspor juga terjadi untuk tujuan Taiwan US$ 215,9 juta, Mesir US$ 129,5 juta, Bangladesh US$ 89,9 juta, dan Pakistan US$ 77,1 juta. 

Sementara itu, kenaikan tertinggi tercatat untuk ekspor tujan Malaysia mencapai US$ 251,4 juta, Jepang US$ 230,4 juta, Amerika Serikat US$ 199,2 juta, Korea Selatan US$ 187,1 juta, dan Swiss US$ 153,5 juta. 

Margo mencatat, kenaikan ekspor tertinggi untuk barang kode hs dua digit pada November dibandingkan Oktober, terjadi pada kelompok bahan bakar mineral yang mencapai US$ 211,3 juta,. Kenaikan juga terjadi pada ekspor logam mulia, perhiasan, dan permata yang naik US$ 196,2 juta, mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$ 114,9 juta, karet US$ 114,3 juta, dan alas kaki US$ 110,4 juta. 

Sementara penurunan ekspor paling besar terjadi pada kelompok barang lemak dan minyak hewan nabati yang mencapai US$ 811,4 juta atau 24,17% dibandingkan Oktober. "Negara tujuan yang mencatatkan penurunan ekspor komoditas ini terutama Mesir, India, dan Cina," kata dia. 

Margo juga mencatat, ekspor secara kumulatif atau sepanjang Januari-November 2021 mencapai US$ 209,16 miliar, naik 42,62% dibandingkan periode yang sama tahun ini. Kinerja ini bahkan sudah jauh melampaui kinerja sepanjang tahun lalu yang mencapai US$ 163 miliar. 

Adapun khusus ekspor migas, nilainya mencapai US$ 197,98 miliar atau 42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Kontribusi terbesar secara kumulatif masih dari ekspor lemak dan minyak hewan nabati yang mencapai 15,08% atau US$ 29,86 miliar, disusul bahan bakar mineral sebesar 14,94% atau US$ 29,59 miliar," ujarnya.