Indonesia diprediksi bisa melompat ke peringkat delapan sebagai perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2036 mendatang. RI berpotensi meyalip Italia, Kanada, dan Korea Selatan.
Lembaga think tank asal Inggris, Center for Economics and Business Research (CEBR) melaporkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) konstan RI pada 2036 diperkirakan sebesar US$ 2,73 triliun atau Rp 22,38 kuadriliun. Ini mengindikasikan kenaikan 1,5 kali lipat dari tahun ini sebesar US$ 1,05 triliun.
Indonesia akan berada di peringkat 14 dunia pada tahun 2031, kemudian menggeser Kanada di peringkat sembilan tiga tahun kemudian, sebelum akhirnya naik satu peringkat ke urutan delapan pada 2036.
"Dalam laporan World Economic League Table, antara tahun 2021 dan 2036, Indonesia diperkirakan akan bergerak dari peringkat 16 ke peringkat 8 Dunia," tulis laporan CEBR terbaru dikutip, Senin (27/12).
Seiring lompatan perekonomian RI, maka sejumlah negara maju akan terlepmpar dari jajaran 10 perekonomian terbesar dunia. Italia yang tahun ini berada di peringkat delapan, berangsur turun dan berada di posisi ke-13 pada tahun 2036. Kanada turun dari peringkat sembilan menjadi 11 dan Korea Selatan dari peringkat 10 menjadi 12.
Indonesia akan menjadi perekonomian terbesar ke empat di Asia, menggeser Korea Selatan. India juga akan naik peringkat sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia dan kedua di Asia, menggeser Jepang yang akan turun ke peringkat lima dunia pada 2036. Sementara Cina diprediksi bisa naik ke peringkat pertama dunia menggeser Amerika Serikat pada tahun 2030.
Di Asia Tenggara, Indonesia masih akan menjadi peringkat pertama. Namun posisi kedua yang saat ini masih ditempati Thailand akan digantikan Vietnam pada tahun 2036. Sementara Filipina berada di peringkat empat dan Malaysia di peringkat lima.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berhasil rebound cukup kuat tahun ini setelah terkontraksi pada tahun lalu. Perekonomian domestik diperkirakan bisa tumbuh 3,2%, dengan demikian output ekonomi RI akan berada 1,1% di atas kondisi normal sebelum pandemi atau tahun 2019.
Perekonomian Indonesia dinilai telah menikmati tingkat pertumbuhan PDB yang kuat sejak mengatasi krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990-an. Di sisi lain, tingkat pertumbuhan penduduknya sedang, yakni rata-rata hanya 1% per tahun selama lima tahun terakhir.
Kemampuan perekonomian untuk bangkit pada tahun ini karena Indonesia dinilai cukup berhasil meredam dampak pandemi. Ini ditunjukkan dengan jumlah kematian akibat Covid-19 yang relatif kecil sepanjang Desember ini.
"Kampanye vaksinasi juga relatif berhasil menurut standar global, dengan 53,7% penduduk telah diberikan setidaknya satu dosis, selain itu, 37,8% sudah sepenuhnya terlindungi (vaksinasi lengkap)," tulis CEBR.
Laporan tersebut menunjukkan dua sektor yang berkontribusi kuat ke perekonomian RI yakni manufaktur dan pertanian. Manufaktur berkontribusi 19,8% terhadap PDB Indonesia tahu lalu. Sektor manufaktur yang berkembang pesat terutama tekstil dan garmen, makanan dan minuman, elektronik, bahan kimia dan suku cadang otomitif.
"Manufaktur Indonesia sebagai yang terbesar kesepuluh di dunia, setingkat di bawah Inggris dan Rusia. Selain itu, sektor ini juga mempekerjakan sekitar seperlima dari angkatan kerja aktif Indonesia," tulis laporan tersebut.
Selain itu, perekonomian RI juga didukung sektor pertanian yang kuat. Indonesia menjadi eksporter utama dunia khusus untuk minyak sawit dengan kontribusi hingga separuh pasokan minyak sawit dunia.