Bank Indonesia (BI) memperkirakan kegiatan usaha akan semakin kuat pada awal tahun ini sejalan dengan pembukaan aktivitas ekonomi dan musim panen tak banyak terpengaruh munculnya varian Omicron. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha kuartal I 2022 sebesar 9,39%, naik dari kuartal sebelumnya 7,1% dan 4,5% dibandingkan periode yang sama 2021.
Sektor utama yang diperkirakan mencatatkan kinerja moncer pada awal tahun ini, yaitu sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan nilai SBT 1,96%. Selain itu, terapat juga peningkatan di industri pengolahan dengan nilai SBT 2,74%.
"Beberapa sektor utama yang mencatat kinerja positif, terutama sektor pertanian sejalan dengan periode panen raya tanaman bahan makanan, serta sektor industri pengolahan seiring dengan prakiraan meningkatnya permintaan," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (14/1).
Di sektor pertanian, peningkatan kinerja terutama didorong oleh sub sektor tanaman bahan makanan berkat adanya panen raya. Sementara di industri pengolahan, peningkatan kinerja akan dialami semua subsektor sejalan dengan perkiraan peningkatan Prompt Manufacturing Index (PMI)-BI menjadi 53,83% di tiga bulan ini.
Selain dua sektor tersebut, beberapa sektor usaha lainnya yang akan membaik di awal tahun ini juga pada sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini tercermin dari nilai SBT sebesar 1,28% yang merupakan kenaikan dari 0,72% pada kuartal sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong subsektor pertambangan tanpa Migas, sementara sub sektor Minyak dan Gas Bumi cenderung stabil.
Kegiatan usaha sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan stabil, dengan SBT sebesar 0,29%. Sementara sektor konstruksi akan melambat, tercermin dari nilai SBT yang kontraksi 0,29% setelah kuartal terakhir tahun 2021 masih bisa positif 0,35%.
"Penurunan disebabkan oleh belum dimulainya tender proyek, penurunan permintaan domestik, serta pola musiman di awal tahun pada kuartal I 2022. Kegiatan usaha yang turun tersebut juga diperkirakan berdampak terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja," tulis dalam laporan BI.
Perlambatan di sektor konstruksi diikuti sektor lainnya. Kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran melambat, tercermin dari nilai SBT sebesar 0,01%, lebih rendah dari SBT 1,77% pada periode sebelumnya. Subsektor perdagangan dan restoran mencatatkan perlambatan, sementara subsektor hotel tercatat turun dan berada pada fase kontraksi karena permintaan domestik yang turun sesuai pola musiman.
Perlambatan juga terjadi di sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dengan nilai SBT sebesar 1,27%, lebih rendah dari 2% pada kuartal sebelumnya. Perlambatan terutama terjadi pada subsektor bank, jasa perusahaan dan real estate. Hal serupa pada sektor jasa-jasa yang juga turun menjadi 1,28%. Penurunan terutama di sub sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan sejalan dengan pola musiman awal tahun.
Dari sisi ketenagakerjaan, seiring membaiknya prospek kegiatan usaha secara keseluruhan pada kuartal pertama 2021, penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Hal ini tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja yang membaik sekalipun masih terkontraksi 0,02%.
Peningkatan penggunaan tenaga kerja diperkirakan terjadi di industri pengolahan serta pertambahan dan penggalian. Ini sejalan dengan prospek kegiatan usaha dua sektor tersebut yang akan meningkat di periode ini.