RI Defisit Perdagangan dari Cina US$ 2,4 M pada 2021, Apa Penyebabnya?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.
Ilustrasi. BPS mencatat, impor dari Cina mencapai US$ 56,23 miliar atau 28,6% dari total impor Indonesia tahun lalu.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
17/1/2022, 17.55 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, realisasi perdagangan dengan Cina sepanjang tahun lalu mencatatkan defisit US$ 2,45 miliar. Negeri Panda ini masih menjadi negara mitra utama untuk ekspor maupun impor Indonesia.

"Komoditas pendorong defisit dengan Cina, yaitu mesin dan peralatan mekanis HS 84 dan mesin dan perlengkapan elektrik HS85," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam keterangan tertulisnya kepada Katadata.co.id, Senin (17/1).

Defisit pada perdagangan dengan Cina karena realisasi impor sepanjang tahun lalu yang lebih besar dibandingkan ekspor. Nilai impor secara total (termasuk migas) dari Cina mencapai US$ 56,23 miliar atau 28,6% dari total impor Indonesia tahun lalu. Impor dari Cina naik 41,87% dibandingkan tahun 2020.

Impor mesin dan peralatan mekanis memberikan sumbangan terbesa mencapai US$ 12,57 miliar, naik 40,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, kenaikan tertinggi impor tahun lalu terjadi untuk produk farmasi  mencapai 1.307% dari hanya US$ 152 juta pada 2020 menjadi US$ 2,15 miliar. 

Di sisi lain, ekspor Indonesia ke Cina juga mencatatkan  kenaikan sebesar 69,22% menjadi US$ 53,78 miliar. Nilai tersebut menempatkan Cina sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa 23,2% dari total ekspor tahun lalu US$ 231,54 miliar.

"Khusus ekspor nonmigas Indonesia ke Cina secara nilai tumbuh 70,72%, tetapi secara volume naik 38%," kata Margo.

Komoditas utama ekspor non-migas ke Cina yakni bahan bakar mineral  yang mencatatkan kenaikan 191,15% menjadi US$ 14,64 miliar. Pengiriman besi dan baja juga naik 69,83% menjadi US$ 10,07 miliar, demikian pula dengan ekspor lemak dan minyak hewan nabati 85,22% atau US$ 6,58 miliar. Ketiga komoditas ini yang menjadi pendorong surplus dan menahan defisit dagang tidak terlalu dalam dengan Cina.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said