Inflasi Singapura Melejit 4%, Bank Sentral Kembali Perketat Moneter

Pixabay/Graham Hobster
Ilustrasi. Bank Sentral Singapura memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura pada tahun ini mencapai 3% hingga 5%
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
25/1/2022, 09.28 WIB

Bank Sentral Singapura (MAS) secara mengejutkan kembali memperketat kebijakan moneter pada hari ini, Selasa (25/1). Pengetatan moneter dilakukan merespons kenaikan inflasi yang menyentuh rekor tertinggi hampir sembilan tahun terakhir.

MAS mengelola kebijakan moneter melalui pengaturan nilai tukar, bukan suku bunga. Bank Sentral membiarkan dolar lokal naik atau turun terhadap mata uang mitra dagang utamanya dalam kisaran yang dirahasiakan.

Singapura menyesuaikan kebijakannya moneternya melalui tiga tuas, yakni kemiringan, titik tengah, dan lebar pita kebijakan, yang dikenal sebagai nilai tukar efektif nominal atau S$NEER.

Dalam pengumumannya hari ini, MAS mengatakan akan menaikkan sedikit tingkat apresiasi dari pita kebijakannya. Sementara itu, lebar pita kebijakan dan tingkat titik tengahnya tidak akan berubah.

"Langkah ini dibangun di atas pergeseran pre-emptive ke sikap apresiasi pada Oktober 2021 dan sesuai untuk memastikan stabilitas harga jangka menengah," tulis MAS dikutip dari Reuters.

Pengetatan moneter yang diumumkan hari ini merupakan yang pertama pada 2022. Namun, MAS telah mengambil kebijakan serupa pada Oktober 2021. Bank Sentral saat ini sedikit menaikkan kemiringan pita kebijakannya dari sebelumnya 0%, sedangkan lebar pita dan titik tengahnya tidak akan berubah.

Kepala Penelitian dan Strategi Treasury dari Bank OCBC Selena Ling memperkirakan, bank sentral mengetatkan lagi kebijakannya pada April. Ini mengindikasikan bahwa langkah hari ini hanya sebagai "sedikit pengetatan".

"Jika mereka mengumumkan pengetatan yang lebih agresif hari ini, maka itu akan mengurangi ekspektasi untuk April," kata Ling.

Pengetatan moneter yang diumumkan hari ini hanya berselang sehari setelah data menunjukkan bahwa inflasi di Singapura masih memanas. Kenaikan harga-harga pada Desember berada di laju tercepat dalam hampir sembilan tahun. Inflasi secara tahunan pada Desember sebesar 4%.

Inflasi inti, yang menjadi perhatian utama MAS dalam menarik gas kebijakan moneter telah naik menjadi 2,1% secara tahunan. Ini merupakan rekor tertinggi sejak Juli 2014.

MAS dijadwalkan untuk kembali menggelar pertemuan semi tahunan untuk pengambil kebijakan pada bulan April mendatang. Pasar mengantisipasi bank sentral akan kembali memperkatat moneternya dalam pertemuan tersebut.

Bank Sentral memperkirakan inflasi inti mencapai 2–3% tahun ini, naik dari perkiraan 1–2% yang disampaikan pada Oktober. Inflasi secara keseluruhan juga diperkirakan mencapai 2,5-3,5%,  naik dari kisaran perkiraan sebelumnya 1,5-2,5%.

"Inflasi inti diperkirakan akan moderat pada paruh kedua tahun ini dari tingkat yang meningkat pada paruh pertama karena kendala pasokan berkurang, resikonya tetap condong meningkat," kata MAS.

MAS memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura pada tahun ini mencapai 3% hingga 5%, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

Reporter: Abdul Azis Said