Inflasi Januari Tembus 0,56% Karena Kenaikan Harga Daging Ayam & Ikan

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Seorang pedagang mengambill ayam dagangannya di Pasar Malaka, Rorotan, Jakarta, Senin (3/1/2022). Daging ayam menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar di bulan Januari.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
2/2/2022, 11.51 WIB

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada awal tahun 2021 melanjutkan kenaikan sekalipun masih lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2022 sebesar 0,56% secara bulanan, lebih rendah dari 0,57% pada Desember 2021.

"Terjadi kenaikan IHK dari 107,66 pd Desember 2021 menjadi 108,26 pada Januari 2022," kaat kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (2/1).

Kendati lebih rendah dibandingkan Desember 2021, inflasi pada bulan Januari tahun ini terbilang tinggi bahkan menjadi yang tertinggi sejak Januari 2018 (0,62%).

Inflasi pada Januari 2019 mencapai 0,32% sementara Janauri 2020 sebesar 0,39% dan Januari 2021 sebesar 0,26%.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara tahunan pada Januari 2022 sebesar 2,18%, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan Desember yang hanya 1,87%.

Margo merincikan dari 90 kota yang disurvei, terdapat 85 kota yang mencatat inflasi dan sisanya deflasi. Inflasi tertinggi di Sibolga sebesar 1,53%.

Penyebab inflasi di Sibolga karena kenaikan harga daging ayam ras  yang memberi andil 0,16%, ikan serai 0,16% dan ikan tongkol 0,14%.

Sementara itu, deflasi terdalam terjadi di Kotamobagu sebesar 0,66%. Adapun komoditas pendorong deflasi di Kotamobagu terutama karena penurunan harga ikan cakalang diawetkan dan cabai rawit.

 Sementara berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi bulan lalu didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Kelompok ini mencatat inflasi 1,17% secara bulanan dan memberi andil 0,3% terhadap inflasi bulan lalu. Terutama berasal dari kenaikan harga daging ayam ras dengan andil 0,07%, ikan segar dengan andil 0,06% beras 0,03%.

Selain itu, inflasi tinggi juga pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) sebesar 0,51% dengan andil 0,06% terhadap inflasi Januari. Inflasi di kelompok ini terutama karena kenaikan harga LPG non-subsidi.

Kelompok peralatan dan pemelihara rumah tangga juga mencatat inflasi sebesar 0,79% dengan andil 0,05% terhadap inflasi bulan lalu. Inflasi pada kelompok ini terutama karena kenaikan harga sabun deterjen cair dna juga upah asisten rumah tangga.

 Sebaliknya, kelompok pengeluaran yang mencatat deflasi yakni pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,13% dan memberi andil deflasi 0,01% terhadap IHK bulan lalu. 

"Penyebab deflasi karena penurunan  biaya administrasi transfer ruang yang memberi andil kepada deflais 0,01%," kata Margo.

Berdasarkan komponennya, inflasi terbesar pada komponen inti dengan andil 0,27%. Inflasi pada komponen inti sebesar 0,42% secara bulanan terutama karena kenaikan harga ikan segar dan tarif sewa rumah.

"Baik secara bulanan maupun tahunan, inflasi inti pada Januari ini masih lebih tinggi dibandingkan januari 2021.  Inflasi komponen inti sebesar 0,42% merupakan tertinggi sejak Agustus 2019," katanya.

 Inflasi pada komponen harga bergejolak juga memberi andil cukup besar kepada inflasi Januari sebesar 0,22%.

Inflasi komponen harga bergejolak sebesar 1,3% terutama karena kenaikan harga daging ayam ras dan tomat.

Harga diatur pemerintah memberi andil 0,07% dan inflasi 0,38%, terutama karena kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yaitu LPG non subsidi.

Reporter: Abdul Azis Said