Bank Indonesia diperkirakan tetap mempertahankan bunga acuan rendah di level 3,5% sepanjang tahun ini. Ekonom sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Chatib Basri memperkirakan Bank Sentral baru akan menaikkan suku bunga pada tahun depan.
Chatib menyebut BI tak memiliki 'kemewahan' untuk menaikkan suku bunga acuan merespons rencana kenaikan bunga The Fed yang diperkirakan mulai dilaksanakan pada Maret 2021. Kondisi ini berbeda pada periode taper tantrum tahun 2013. Saat itu, perekonomian tumbuh kuat di atas 6% sehingga kenaikan suku bunga tak akan terlalu menekan ekonomi.
"Namun sekarang, pertumbuhannya hanya 3,7% bahkan sebelumnya terkontraksi 2,1%. Jadi saya tidak berpikir BI akan menaikan bunga acuannya karena akan menghambat pemulihan ekonomi," kata Chatib dalam diskusi side event finance track G20 secara daring, Rabu (16/2).
Selain itu, menurut Chatib, BI tidak akan buru-buru menaikan bunga acuan kenaikan harga-harga di tingkat konsumen diramal belum signifikan terjadi pada tahun ini. Inflasi diperkirakan baru melonjak pada tahun depan.
"Inflasi dari wholesale Price Index (WPI) sudah lebih tinggi dari Consumer Price Index (CPI), artinya bisnis belum pass through efeknya ke konsumsi mungkin mereka baru melakukannya di tahun depan," kata dia.
Dengan risiko tersebut, Chatib memperingatkan tantangan ekonomi tahun depan akan lebih berat. Selain potensi kenaikan inflasi, pemerintah harus mengembalikan defisit APBN di bawah 3%. Masa berlaku kebijakan restrukturisasi kredit oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berakhir pada Maret 2023.
"Ini adalah risko yang harus kita antisipasi," kata Chatib.
Chatib pun memperkirakan bunga acuan BI belum akan naik tahun ini sekalipun ada tekanan dari eksternal berupa kenaikan bunga acuan The Fed.
"Saya melihat bahwa dalam konteks ini mungkin yang akan dilakukan bank sentral adalah membuat rupiahnya melemah mengikuti pasar dengan intervensi terbatas untuk membuat volatilitasnya lebih smooth kemudian kebijakan makroprudensial," kata Chatib.
Sementara itu, Gubernur BI Perry Wariyo telah berulang kali menegaskan bahwa kenaikan bunga acuan baru akan dilakukan setelah ada tanda-tanda kenaikan inflasi. Adapun BI memperkirakan inflasi memang akan menanjak tahun ini tetapi akan tepat pada sasaran target 2%-4%.
"Kita akan menahan suku bunga 3,5% sampai ada tanda-tanda awal tekanan fundamental terhadap inflasi domestik, ini yang sudah kami komunikasikan kepada pasar," kata Perry dalam acara yang sama dengan Chatib Basri siang ini.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dalam risetnya pekan lalu memperkirakan bunga acuan akan naik pertama kali pada akhir semester pertama tahun ini. BI diperkirakan menaikan bunga acuan sebanyak 75 bps sepanjang tahun ini.